top of page
All Posts


A Barbaric Proposal Chapter 30
[Black] "Awas!"
Black mendorong Liene menjauh, menempatkan dirinya sebagai tameng untuk menahan sebagian besar hantaman berat. Liene pun berhasil menghindar ke samping.
[Liene] "Lord Tiwakan!"
Dalam sekejap, jalanan diliputi kekacauan. Tong-tong kayu berputar, meninggalkan kabut debu di belakangnya. Orang-orang berteriak, berupaya keras menghindari tong-tong yang sanggup menghancurkan mereka jika terjebak.
[Liene] "Lord Tiwa...…..hmph!"
22 Mei


A Barbaric Proposal Chapter 29
[Prajurit] "Tuan Putri telah pergi meninggalkan kastil."
[Black] "Apa?"
[Fermos] "Ke mana ia pergi?"
Black dan Fermos serentak mengangkat kepala mereka, keduanya sedang tenggelam dalam tumpukan pekerjaan dan jadwal yang padat. Bukan hanya satu hal yang perlu diselesaikan.
Pertama dan utama, mereka harus menentukan bagaimana menata ulang keuangan keluarga kerajaan, sekaligus menghitung besarnya utang saat ini. Awalnya tampak tak seberapa
22 Mei


A Barbaric Proposal Chapter 28
[Pelayan] "Saya tidak bisa…..menghindarinya."
Suara lemah berasal dari dekat kaki Lyndon.
Sejak muda, hidupnya telah dimiliki oleh Kleinfelter. Dengan nyawa yang seharusnya hilang, ia mengurus semua pekerjaan kotor yang keluarga itu perintahkan. Ia bahkan pernah membunuh Kardinal sebelumnya. Dulu, semua orang mengira Kardinal hanya tersandung tangga dan lehernya patah.
Lyndon berharap pekerjaan ini dapat diselesaikan dengan bersih pula.
[Klimah] "….Tidak ada cukup waktu….
22 Mei


A Barbaric Proposal Chapter 27
Ding, dong!
Dua belas dentang lonceng mengisyaratkan dimulainya pemakaman. Namun, tak ada tanda-tanda upacara akan dimulai.
[Liene] "Tidak masuk akal."
Kardinal, yang seharusnya memimpin upacara, menghilang. Hanya ada para pendeta yang menemaninya, dan mereka mengaku tak tahu apa-apa mengenai keberadaan Kardinal.
[Liene] "Siapa yang terakhir kali melihat Kardinal Milode?"
Merasa cemas, Liene mengumpulkan para pendeta dan rohaniwan dari Kuil. Mereka semua saling pandang d
22 Mei


A Barbaric Proposal Chapter 26
Laffit menatap pamannya dengan ekspresi tidak senang.
[Laffit] "Sejak…. Sejak kapan keluarga kita menjadi seperti ini?"
Lyndon mendecakkan lidah pada keponakannya, yang memasang wajah bingung dan terperangah.
[Lyndon] "Apa kau benar-benar sebegitu naifnya selama ini?"
[Laffit] "Bahkan tanpa melakukan hal seperti itu, Kleinfelter akan tetap menjadi keluarga paling berkuasa di Nauk."
[Lyndon] "Itu karena kita melakukan hal-hal seperti ini makanya kau bisa hidup dengan nyam
21 Mei


A Barbaric Proposal Chapter 25
Liene] "Apa?"
Ia ingin aku menunda pernikahan? Apa ia tahu apa yang dikatakannya? Bagaimana ia berpikir aku akan bisa menundanya?
[Kardinal] "Pernikahan tak diizinkan sampai Putri Nauk membebaskan diri dari dosa-dosanya. Jika Anda mengabaikan kehendak Tuhan, tak diragukan lagi tragedi besar akan terjadi."
[Liene] "Apa kau tahu apa yang kau minta dariku?"
Liene mengepalkan tangan dan menahan diri. Tindakannya tak luput dari perhatian Kardinal, tetapi ia tetap mendesak.
21 Mei


A Barbaric Proposal Chapter 24
Beruntung masih ada air di kamar mandi. Liene mengambil kain yang sudah dibasahi dan mulai membersihkan luka. Sumbu lilin memendek, nyala api nyaris padam beberapa kali saat berkedip. Namun, mata Liene sudah terbiasa dengan kegelapan, jadi ia bisa dengan mudah melihat benda-benda yang cukup dekat.
[Liene] "Pasti sakit."
Dan kini Liene bisa melihat lukanya bukan hal sepele. Tingkat keparahannya sulit disadari karena tangannya begitu besar, tetapi jika Liene mengalami luka ya
21 Mei


A Barbaric Proposal Chapter 23
Mashilow enggan menjawab pertanyaannya, memang sudah sewajarnya. Ada batas antara memberi nasihat sinis pada Liene dan terang-terangan mengungkap kekejaman Kleinfelter. Mashilow tidaklah sekurang ajar itu.
[Mashilow] "Membuat Anda membayar? Saya tidak bermaksud begitu."
[Liene] "Tidak? Apa hanya imajinasiku kalau kau mengatakan segalanya akan 'memburuk'?"
[Mashilow] "Saya hanya bermaksud mengatakan Lord Kleinfelter akan kecewa."
[Liene] "Kecewa sampai ingin melukai keluar
21 Mei


A Barbaric Proposal Chapter 22
Angin berembus kencang dan dari posisinya yang rapuh di ambang jendela, embusan itu terasa amat berbahaya baginya.
Namun, angin berbahaya itu membawa bisikan yang jauh lebih mengancam. Ia bisa mendengar suara Liene.
‘—Ayo kita ke ruangan lain dulu.’
Berdiri di sana, ia tak bisa melihat ke dalam ruangan, namun dapat mendengar suaranya, telinganya menajam.
‘—Ruangan… di sebelah sana.’
Sang putri tidak berbicara kepada pria mengerikan itu. Pesan itu ditujukan untuk Laffit.
21 Mei


A Barbaric Proposal Chapter 21
Saat Liene usai bersiap dan melangkah keluar, Black telah menunggu bersama kudanya, siap bertolak menuju pemakaman.
[Liene] "Ah…."
Melihatnya berdiri di sana, Liene terpaku.
Mungkin karena sengaja bersiap untuk menemaninya, Black mengenakan busana serba hitam. Tak hanya dia, para prajurit Tiwakan di belakangnya pun demikian. Setiap helai pakaiannya yang hitam pekat seolah menjelaskan mengapa desas-desus mengenai dirinya—bahwa ia telah diabaikan Dewa Kematian dan ditolak b
20 Mei
bottom of page