A Barbaric Proposal Chapter 118
- Crystal Zee

- 4 hari yang lalu
- 7 menit membaca
Sekali Pakai
[Black] "Aku percaya kau mengerti maksudku, mengingat kau punya kepala untuk memakai mahkota."
Black yang hendak melangkah keluar tanpa penyesalan, berhenti sejenak dan menambahkan.
[Black] "Semua yang kukatakan barusan hanya berlaku selama Putri Nauk masih hidup. Jika sesuatu terjadi pada istriku..."
Komandan Tiwakan menyipitkan mata biru pucatnya yang setajam bilah pedang.
[Black] "Aku akan menghancurkan seluruh kerajaan ini."
Brak!
Komandan Tiwakan membuka pintu seolah membantingnya. Pintu terbuka lebar di kedua sisi disertai suara yang memekakkan telinga.
[Raja] "......!"
Raja melihat mengapa Garda Kerajaan tidak datang.
Sebenarnya, di depan sana, mayat-mayat Garda Kerajaan tergeletak tak terhitung jumlahnya, memenuhi koridor hingga ujung. Mereka pasti berlarian dengan tergesa-gesa dan kemudian leher mereka dipenggal atau dada mereka dibelah.
Tap tap tap...
Suara langkah kaki menjauh. Raja, yang tanpa sadar menarik-narik telinganya yang berdengung, terlambat berteriak.
[Raja] "Putri Blini...! Bawa Putri Blini kemari! Cepat!"
Raja bahkan tidak bisa berpikir untuk mencoba menghentikan Black, yang masuk dan meninggalkan istana sesuka hati. Jika melakukannya, maka akan memberikan alasan kepada pasukan Tiwakan yang menunggu di perbatasan untuk menyerang.
Sekarang, Raja justru harus mencari cara untuk menyelamatkan Blini. Apa yang disampaikan pasti tidak benar. Pasti ada kesalahpahaman. Blini tidak mungkin melakukan hal seperti itu.
Namun, Blini tidak ada di istana Pangeran. Kepanikan besar melanda Garda Kerajaan.
[Blini] "Aku tidak percaya."
Dia terus bergumam.
[Blini] "Mengapa ia melakukan itu?"
Ketika diberitahu bahwa Komandan Tiwakan datang, Blini berpikir, akhirnya ia datang.
Blini memanggil Garda Kerajaan ke istana Pangeran. Meskipun senang, ia harus bersiap. Itu juga alasan mengapa jumlah Garda di istana utama lebih sedikit dari biasanya.
Kemudian ia memerintahkan gerbang untuk dibuka. Tetapi Black tidak datang. Ketika ia mendengar bahwa Black berbelok dan pergi ke istana utama Raja, Blini merasa ada sesuatu yang berderit dan patah di dalam dirinya.
[Blini] "Mengapa ia ke sana? Bukankah ia seharusnya datang menemuiku?"
Jika pembunuhan berhasil dan Putri Nauk meninggal, Black akan terpaksa harus mencari Blini. Blini sudah bersiap untuk menerima kemarahan Black. Ia berencana untuk membiarkan Black melampiaskan semua emosi yang tersisa.
[Blini] "Kalau begitu, ia akan tahu betapa aku membenci pernikahannya dengan wanita itu."
Itu juga berarti bahwa Blini masih menunggu jawaban atas lamarannya.
Blini sudah mengungkapkan isi hatinya tanpa ragu, tetapi mengapa tidak ada tanggapan? Mengapa Black melibatkan Ratu dan Raja? Mengapa Black tidak datang sendiri untuk mengambil cincinnya?
[Pelayan] "Putri Blini..."
Para pelayan tidak tahu harus berbuat apa, mengamati Blini yang tenggelam dalam pikirannya.
[Pelayan] "Anda harus pergi sekarang. Sekretaris... tampaknya tidak ada cara untuk memasuki istana terpisah, jadi ia menyarankan agar Anda melarikan dan menyelamatkan diri..."
[Blini] "......"
Blini akhirnya mengangkat kepala karena suara pelayan yang hampir menangis.
[Pelayan] "Ia mengatakan lebih cepat lebih baik. Jika tidak... Anda mungkin dalam bahaya..."
Itu mungkin bukan peringatan yang sia-sia karena Black sudah menyerahkan Kleinfelter kepada Ratu Dileras, dia pasti tahu semua yang telah Blini lakukan. Berarti kini Raja juga mengetahui fakta yang sama.
Tentu saja, Blini tidak yakin Raja akan langsung memercayai kata-kata Black. Sama seperti ia tidak yakin Raja akan terus membelanya.
[Blini] "Bahaya..."
Blini tidak pernah mengambil risiko hanya demi seorang pria. Tidak ada yang lebih tidak pasti atau lebih mudah goyah daripada pria. Menggunakan pria sekali lalu membuangnya adalah cara yang paling aman. Raja dan Sekretaris sudah habis masa pakainya.
[Blini] "Kalau begitu, harus kulakukan."
Ia pun bangkit.
[Blini] "Berkemas. Kita akan pergi ke Alito."
[Pelayan] "Baik, Putri."
Para pelayan, yang diam-diam merasa lega, bergerak cepat. Mereka meninggalkan barang-barang yang bisa dibeli kapan saja dan hanya mengumpulkan uang serta perhiasan.
Komandan Garda Kerajaan yang ditempatkan di istana Pangeran memimpin jalan. Komandan Garda juga adalah pria yang akan Blini gunakan dan buang, tetapi saat ini ia adalah orang yang paling berguna.
(T/N: Komandan Garda Kerajaaan di sini orang yang berbeda dengan Komandan Garda yang dibuat babak belur oleh Black)
Meskipun Komandan Garda berpihak pada Blini, sebagian besar Garda Kerajaan mengikuti perintah Raja. Mereka mengejar Blini yang menghilang, sesuai perintah Raja untuk membawanya kembali.
[Komandan Garda] "Hah, sialan."
Komandan Garda merasa telah memilih jalur yang salah. Ketika Blini memberitahunya bahwa ia harus keluar dari istana, Komandan tidak berpikir keputusannya akan menjadi masalah besar.
Ia mengira Blini hanya akan menemui kekasih baru di luar gerbang karena khawatir akan ketahuan oleh Raja. Biasanya bangsawan terlalu malas untuk mengundang kekasih gelap ke kediaman mereka.
Namun, ada yang salah. Teriakan yang mencari Blini terdengar di mana-mana. Rencana untuk bersembunyi di taman labirin dan pergi menggunakan kereta kuda penjaga harus diubah. Mereka harus menggunakan saluran air di taman belakang dan melarikan diri menggunakan perahu.
Bahkan saat berbalik dan mengubah arah, Komandan Garda bimbang. Keraguan itu memperlambat langkahnya. Tampaknya bodoh untuk menuruti perintah Blini, yang jelas-jelas terlihat sedang melarikan diri. Ia memang menerima kantong emas yang berat, tetapi bisa membuat posisinya sebagai Komandan Garda menjadi rentan.
[Komandan Garda] "Ngomong-ngomong, Putri...?"
Komandan Garda menghentikan langkahnya di jalur hutan menuju saluran air dan angkat bicara.
[Komandan Garda] "Anda harus memberitahu saya dengan pasti. Ke mana Anda akan pergi sekarang?"
[Blini] "...... Alito."
[Komandan Garda] "Apa?"
Ini benar-benar pelarian. Komandan Garda menggelengkan kepalanya.
[Komandan Garda] "Kalau begitu saya tidak bisa melayani Anda lebih jauh. Saya akan kembali sekarang."
[Blini] "Sekarang?"
Blini menyipitkan matanya.
[Komandan Garda] "Harap pahami bahwa saya terlahir sebagai orang Sharka. Jalannya ada di sana. Jika Anda berjalan menyusuri saluran air, Anda akan menemukan tempat perahu ditambatkan. Anda bisa pergi dengan perahu itu."
Blini memegang Komandan Garda yang mencoba mundur.
[Blini] "Aku tidak menyangka ini akan gagal."
[Komandan Garda] "Apa? Tidak.... lepaskan saya. Saya tidak bisa melanggar keinginan Baginda Raja lebih dari ini."
Artinya ia akan pura-pura tidak melihat kepergian Blini karena sudah menerima uang.
[Blini] "Sudah terlambat."
Blini berdiri sangat dekat dengannya dan menggerakkan bibirnya.
[Blini] "Buang pikiran bahwa Raja akan membiarkan lehermu tetap utuh. Itu sia-sia."
[Komandan Garda] "Apa yang... Anda maksud?"
Komandan Garda menelan ludah.
[Blini] "Jika aku tertangkap, Raja juga akan mengetahui keterlibatanmu."
[Komandan Garda] "Itu..."
Blini meletakkan jari di bibir Komandan Garda yang berkerut, menghentikan perkataannya.
[Blini] "Tapi jika aku tiba dengan selamat di Alito, ceritanya akan berbeda. Kau akan mendapatkan apa pun yang kau inginkan."
[Komandan Garda] "......"
Komandan Garda memiringkan kepalanya ke belakang, menjauhi tangan Blini.
[Komandan Garda] "Saya... tidak bisa. Seluruh keluarga saya ada di Sharka."
[Blini] "Kau bisa membuat keluarga baru, 'kan? Sudah kubilang. Kau akan mendapatkan apa pun. Pangkat, harta, wanita. Apa pun."
[Komandan Garda] "B-bagaimana saya bisa meninggalkan keluarga..."
[Blini] "Jika kau tetap di sini, keluargamu juga akan mati. Apa gunanya keluarga jika kalian semua mati bersama?"
[Komandan Garda] "......"
Bola mata Komandan Garda bergerak-gerak. Janji untuk mendapatkan segalanya terasa menggoda, seperti bibir merah yang bergerak di hadapannya.
[Penjaga] "Ada jalan setapak yang terhubung ke saluran air! Mereka bilang mungkin Komandan ada di sana!"
Dan teriakan yang terdengar dari pintu masuk hutan berubah menjadi teror. Putri Blini benar. Sekarang sudah terlambat untuk mundur.
[Komandan Garda] "Kalau begitu bersumpahlah. Bersumpah bahwa Anda akan menepati janji untuk memberi saya segalanya. Mulai saat ini, saya adalah orang yang menyelamatkan nyawa Anda."
Sumpah yang mudah. Toh, sumpah itu juga akan menjadi sekali pakai.
[Blini] "Baik. Aku bersumpah."
[Komandan Garda] "Kalau begitu, berikan buktinya."
Komandan Garda menarik kepala Blini dan dengan tergesa-gesa melahap bibir merah yang sudah lama menggodanya. Blini menyipitkan matanya dan kemudian menggigit lidah Komandan Garda hingga berdarah.
[Komandan Garda] "....Ugh."
[Blini] "Jadikan itu sebagai bukti."
Blini berkata sambil menjilat darah di bibirnya. Komandan Garda, mau tak mau, menelan darah yang terkumpul di mulutnya.
[Komandan Garda] "Jalan ke sini. Mereka sepertinya mengikuti jejak kita, jadi kita akan memotong melalui hutan. Jangan membuat suara mulai sekarang."
Mereka berdua terdiam dan berjalan. Bau darah di lidahnya terasa amis.
[Randall] "Sepertinya keberuntungan tidak berpihak padanya kali ini."
Kabar bahwa Putri Blini yang melarikan diri telah ditangkap di saluran air disampaikan keesokan paginya. Si informan bahkan berlari ke penginapan karena sangat bersemangat.
Blini saat ini dikurung di suatu tempat di istana Pangeran. Raja dikatakan sangat marah, dan Ratu Dileras sedang mencari celah untuk kembali ke istana utama.
[Black] "Bahkan jika berhasil keluar dari istana, akan sulit baginya untuk mencapai Alito. Jalan pasti sudah dihalang saat ia tiba di perbatasan."
[Randall] "Ah, benar juga."
Saat itu, Tiwakan pasti sudah tiba di perbatasan. Pelarian Blini adalah kesalahan fatal. Sekarang, tidak ada yang akan mendengarkan alasannya.
[Randall] "Apakah Raja akan menyerahkan menantunya?"
[Black] "Kita tunggu saja. Alito juga bisa mengambil tindakan. Meskipun Grand Duke tidak terlalu menyayangi putrinya, ia mungkin akan mencoba menyelamatkan kehormatan."
[Randall] "Jika begitu, bagaimana kita akan bertindak?"
[Black] "Grand Duke akan membuat pilihan. Putrinya, atau putranya."
[Randall] "Hmm... Pilihan yang sangat sulit."
[Black] "Tidak juga. Apakah masih ada tambang di Alito? Jika skalanya bagus, kita bisa menukarnya."
[Randall] "Apa?"
Randall, yang berkedip karena terkejut, segera menyadari maksudnya dan bertepuk tangan.
[Randall] "Saya tidak tahu, tapi Wakil Komandan pasti tahu."
[Black] "Bahkan jika bukan tambang, pasti ada yang lain."
[Randall] "Haha... Ya, pasti ada. Karena ini Grand Duchy Alito. Uang untuk membangun benteng Nauk bisa berasal dari sana, bukan?"
[Black] "Tidak. Jika berhasil, aku berencana menjadikannya sebagai hadiah pernikahan."
[Randall] "Astaga, Anda akan memberinya hadiah lagi?"
[Black] "Aku belum pernah memberinya hadiah yang sebesar itu."
[Randall] "Uh, um... Ya, benar."
Black mengatakannya dengan begitu alami sehingga membuat Randall sempat bingung. Ia bertanya-tanya apakah hadiah pernikahan memang seharusnya diberikan berulang kali dengan beragam jenis.
[Liene] "Apa yang 'sebesar itu'?"
Yang bertanya adalah Liene. Ia sepertinya mendengar kata-kata terakhir saat membuka pintu yang menghubungkan kamar mereka.
[Black] "Bukan apa-apa. Kenapa kau tidak tidur lebih lama?"
Black bergerak cepat—hingga membuat Randall terkejut—untuk menyambut Liene.
[Liene] "Aku sudah cukup tidur. Apa ada kabar dari Istana Sharka?"
Meskipun Liene berkata begitu, Black tahu bahwa Liene begadang merawat Klima. Klima masih belum bisa bergerak sendiri. Meskipun tugasnya hanyalah mengawasi, sepertinya ia sangat khawatir hingga tidak bisa tidur.
[Black] "Tadi informan baru saja datang. Menantu Raja tertangkap saat melarikan diri."
[Liene] "Oh, kasihan... Jadi perlindungan Raja sudah berakhir?"
[Black] "Kita harus menunggu sebentar lagi. Belum ada kabar bahwa ia akan menyerahkan menantunya."
[Liene] "Kalau begitu aku juga harus pura-pura menjadi pasien untuk sementara waktu."
Black mengusap sudut mata Liene yang masih terlihat bekas mengantuk, seolah sudut matanya adalah hal yang paling indah.
[Black] "Sudah waktunya sarapan. Apa ada yang ingin kau makan?"
[Liene] "Hmm... aku ingin buah kuning yang lembut itu."
[Black] "Baiklah."
Randall, yang sedikit lebih cepat tanggap karena selalu bersama Black sejak di Sharka, segera menawarkan diri.
[Randall] "Saya akan menyuruh dapur menyiapkan sarapan untuk Anda berdua. Silakan berbincang dengan santai."
Randall bergegas meninggalkan ruangan. Black menutup tirai agar bagian dalam tidak terlihat dari luar, lalu berbalik menghadap Liene.
[Black] "Apakah ada yang ingin kau lakukan sebelum sarapan?"
[Liene] "Kau bertanya padahal sudah tahu."
Liene tersenyum dan membuka kedua lengannya. Black tersenyum balik dan langsung membenamkan tubuhnya ke dalam pelukan Liene.

Seandainya Klima tidak terluka, pagi itu pasti akan menjadi pagi yang lebih bahagia.
Raja Sharka mengirimkan pesan pada malam hari, nyaris tidak melewati batas waktu yang telah ditentukan.
JANGAN REPOST DI MANA PUN!!!


Komentar