A Barbaric Proposal Chapter 103
- Crystal Zee

- 6 Okt
- 7 menit membaca
Diperbarui: 7 hari yang lalu
Jika Kutukan Itu Nyata
Orang-orang yang membawa Weroz kembali ke Nauk adalah tentara bayaran yang disewa Baiyar. Menyadari tidak ada jalan keluar, mereka segera menyerah. Namun, Fermos memenggal kepala mereka tanpa ampun.
Fermos, yang kelelahan, berada dalam amarah besar. Setelah membereskan pasukan Vasheyd yang dikirim Blini, ia terus membuntuti Weroz dan Laffit. Black sama sekali tidak berniat beranjak dari sisi Liene, jadi urusan yang tersisa menjadi tanggung jawab dirinya.
Fermos tidak kesal karena Black menyerahkan pekerjaan itu padanya. Ia marah pada orang-orang yang menciptakan semua kekacauan yang terjadi.
[Fermos] "Dasar tolol, bahkan kata bodoh pun terlalu bagus untuk mereka. Mereka tahu Nauk adalah wilayah kekuasaan Tiwakan, tetapi mereka tetap menyerang? Aduh, dasar para dungu."
Fermos, yang masih sangat marah sambil menendang mayat-mayat.
[Tiwakan] "Sudahlah, Wakil Komandan. Kudengar mereka bahkan tidak tahu apa-apa sampai tiba di sini."
[Fermos] "Apa? Tidak tahu apa?"
[Tiwakan] "Bahwa Tiwakan telah menduduki Nauk. Mereka baru mengetahuinya dan sempat terjadi perdebatan sengit di antara mereka, apakah harus melarikan diri atau tidak."
[Fermos] "Kalau begitu seharusnya mereka menyerah lebih awal! Kenapa aku harus menderita hanya karena kebodohan mereka!"
[Tiwakan] "Mohon tenang Wakil Komandan. Penderitaan kita sudah hampir usai."
Weroz sudah ditangkap, namun Laffit masin belum.
Mengetahui Liene melarikan diri dari balik sembilan air terjun, Weroz dan Laffit juga memasuki labirin.
Jika Fermos tidak menemukan cara untuk membaca jalan di labirin, mereka semua akan menderita lebih lama. Berkat penemuan Fermos, pasukan Tiwakan dapat bergerak lebih mudah di dalam labirin dan menangkap kelompok Weroz.
[Fermos] "...Jangan tangkap Kleinfelter terlalu cepat."
[Tiwakan] "Maaf?"
[Fermos] "Jika kita menangkap dan memenjarakannya sekarang, dia akan terlalu nyaman. Dorong dia ke tempat buntu dan jangan biarkan keluar. Biarkan dia kelaparan selama sekitar satu minggu."
[Tiwakan] "Ide yang sangat bagus, Wakil Komandan."
Pasukan Tiwakan yang kelelahan menyeringai dan mendorong Laffit lebih jauh ke dalam labirin. Sementara itu, pikiran Fermos sibuk menyusun rencana selanjutnya.
[Fermos] "Tempat ini jelas mekanisme buatan."
Bisa mengetahui cara menemukan jalan di labirin artinya tempat itu memang sengaja dibuat.
[Fermos] "'Sembilan Air Terjun'... pasti perangkat pengendali air. Karena hanya garis darah kerajaan Gainers yang mengetahuinya, keluarga kerajaan pasti memonopoli 'Sembilan Air Terjun’. Kleinfelter pasti ingin mencurinya... 'Kunci' pasti sesuatu yang dapat mengaktifkan mekanisme yang ada. Aku harus membicarakannya dengan Tuanku."
Jantung Fermos mulai berdebar kencang. Waktu untuk mengembalikan kejayaan Nauk, yang hilang bersamaan dengan runtuhnya keluarga kerajaan Gainers, semakin dekat.
Fermos bergegas kembali ke istana. Di sana, ia diberitahu bahwa Liene dan Black sudah menduga adanya mekanisme air di belakang sembilan air terjun.
[Fermos] "Jika tiga orang berpikiran sama, dugaan kita pasti benar."
Meskipun sedikit kecewa, Fermos lebih didominasi oleh antisipasi. Ia menyatukan kedua tangan dengan mata berbinar.
Mereka sedang duduk di kantor kerajaan, meninjau catatan-catatan berusia sangat tua, mencari petunjuk tentang perangkat pengendali air.
Sejauh ini, tidak ada yang ditemukan. Mereka menduga rahasia mengenai kunci hanya diwariskan secara lisan dari raja ke raja.
[Fermos] "Kita harus menggali lebih dalam. Apakah Ternan Kleinfelter tahu sesuatu tentang mekanismenya? Atau mungkin Kardinal?"
[Black] "Keduanya tidak tahu banyak. Tapi mungkin ada petunjuk kecil, jadi kita harus membuat mereka buka mulut."
[Liene] "Kudengar Kardinal juga keracunan. Apakah tubuhnya sudah pulih?"
[Black] "Sepertinya akan memakan waktu. Racunnya tidak hanya dioleskan di kulit, tetapi juga dicampur dalam makanan. Jadi, jumlah racun yang tersisa di dalam tubuhnya jauh lebih banyak."
[Liene] "Oh, kasihan sekali..."
Liene menggelengkan kepala dengan wajah sedih dan mengetuk meja.
Namun, wanita cantik itu sendiri mengenakan perban tebal di tangan dan kakinya, yang terlihat lebih menyedihkan.
Black sepertinya berpikiran sama. Ia menarik tangan Liene dan mengecup ujung jarinya.

[Black] "Hati-hati dengan tanganmu. Jangan mengetuk-ngetuk meja."
[Liene] "Ah... Aku lupa kalau sedang terluka karena tidak merasa sakit."
Black mendecakkan lidahnya.
[Black] "Bagaimana kau bisa lupa ketika perbannya kubuat setebal ini?"
[Liene] "Yah..."
Sebenarnya, lukanya tidak dalam, hanya tergores, dan setelah diolesi obat, lukanya dengan cepat mengering. Ia tidak lagi merasakan sakit, dan perban hanya membuatnya gatal. Namun, Black mengganti perban setebal itu lagi pagi ini.
[Liene] "Mungkin karena perban ini terlalu tebal? Aku jadi tidak merasakan sakit."
Liene tersenyum dan menepuk pipi Black.
[Liene] "Sebaiknya kau melonggarkan perban ini sedikit."
Black membalas sambil tersenyum.
[Black] "Tidak boleh."
[Liene] "Kau mengatakan tidak boleh, tapi sambil tersenyum?"
[Black] "Melihatmu senang adalah hal yang berbeda dengan perban."
[Liene] "Aku akan menyerah soal kaki. Karena aku tidak perlu memakai stoking, jadi terasa lebih nyaman. Tapi perban di tangan ini terlalu berlebihan. Saat makan siang tadi, aku bahkan tidak bisa menggunakan garpu dengan benar, jadi semua makananku tumpah."
Dengan alasan makanan tumpah, Black menyuapi dirinya dengan semua makanan. Namun, hanya setengah yang dimakan, dan setengahnya lagi tumpah. Tubuh mereka terus condong satu sama lain, dan ciuman pun tak terhindarkan. Nyonya Henton, yang membawa hidangan kedua, sampai terkejut dan langsung meninggalkan ruang makan dengan piring di tangannya.
[Black] "Tahan sebentar lagi."
[Liene] "Kau keterlaluan. Aku tidak bisa menggunakan tanganku dengan benar."
[Black] "Bukankah aku sedang memastikan kau tidak perlu menggunakan tanganmu?"
Justru itulah masalahnya.
[Liene] "Aku khawatir akan menjadi manja hingga aku tidak bisa melakukan apa-apa sendiri."
[Black] "Baguslah kalau begitu."
Liene dan Fermos terkejut pada saat yang sama.
Liene menarik tangannya dari genggaman Black dan bertanya pada Fermos.
[Liene] "Sir Fermos. Apakah ada urusan mendesak di luar? Mungkin Kerajaan Sharka akan mengirim lebih banyak pasukan. Pasti ada pekerjaan yang membutuhkan kehadiran Lord Tiwakan di suatu tempat."
[Fermos] "Hmm... Sayangnya, sepertinya tidak ada pekerjaan untuk saat ini."
[Liene] "Begitu? Sayang sekali."
[Fermos] "Ya, sayang sekali."
Meskipun Fermos tahu selalu ada pekerjaan jika dicari, ia terlalu cerdas untuk mengatakannya. Memisahkan Black dari Liene sekarang sama saja dengan mencari masalah. Masalah yang sangat besar.
...Apakah aku terlalu lama ikut campur?
Haruskah aku memberi mereka ruang?
[Fermos] "Ehm, ehm. Kalau begitu, saya akan keluar untuk mengawasi pengawalan paratahanan. Ah, dan masalah Pengawal. Bagaimana kita harus menanganinya? Sepertinya tidak perlu menahan mereka terus-menerus."
Masalah Pengawal Istana memang sedikit merepotkan. Meskipun karena tindakan Weroz sendiri, insiden ini jelas menunjukkan ketidakbergunaan Pengawal.
[Black] "Meskipun begitu, kita harus melakukan pembersihan."
[Fermos] "Saya sangat setuju. Bagaimana dengan Anda, Putri?"
[Liene] "Itu... pekerjaan yang sulit."
Ada anggota Pengawal yang setia, tetapi ada juga yang terpengaruh oleh Kleinfelter.
Yang terpenting, banyak yang mengikuti Komandan Pengawal Weroz, sehingga pengeksekusian Weroz akan memicu penolakan yang keras. Bahkan sekarang, ada ketegangan karena pasukan Tiwakan dan Pengawal Istana tidak bekerja sama dengan baik.
Meskipun sulit, Liene harus melakukan sesuatu.
[Black] "Membubarkan mereka semua sekaligus tidak akan terlihat baik dan juga akan membuatmu tidak nyaman."
Black mengajukan kompromi.
[Black] "Ganti namanya menjadi Pengawal Kerajaan dan hanya izinkan mereka yang memiliki kualifikasi ksatria. Jika kita memberi mereka waktu enam bulan untuk menjadi ksatria, penolakan akan berkurang."
[Fermos] "Alternatif yang akan disambut baik oleh semua orang."
[Black] "Dengan menjadikan penyimpangan Komandan Pengawal sebagai alasan, kita punya cukup alasan untuk membubarkan Pengawal Istana dan mereorganisasi mereka menjadi Pengawal Kerajaan."
[Liene] "Ya, kau benar."
Ekspresi Liene menjadi sedih. Ia masih tidak bisa memahami pilihan Weroz, tetapi Liene tidak berpikir Weroz sudah membuang kesetiaan yang ia tunjukkan selama ini.
[Black] "Kau merindukannya?"
Black dengan cepat membaca ekspresi Liene.
[Liene] "Ya... sepertinya begitu. Sebelum kau datang, dialah salah satu dari sedikit orang kepercayaanku."
Dalam perang yang panjang dan sunyi melawan enam keluarga bangsawan, Weroz selalu menjadi sekutu yang menjaganya.
[Black] "Kau percaya Komandan Pengawal bukan pengkhianat?"
[Liene] "Mungkin dia membuat pilihan yang salah... Sir Weroz salah paham tentang dirimu..."
Liene, yang hendak mengatakan sesuatu, mengerutkan kening dan menutup mulutnya. Black memahami arti jeda ucapannya.
[Black] "Bicaralah, tidak apa-apa. Apakah ada sesuatu yang perlu kulakukan?"
Liene tidak sanggup mengucapkannya.
Sir Weroz percaya bahwa semua garis darah Gainers punya penyakit.
Dia bilang kau juga akan mengalaminya. Aku takut karena tidak tahu bagaimana kabar itu akan menyakitimu.
Aku ingin mengatakan bahwa semuanya hanya kebohongan yang ditanamkan Putri Blini.
Aku ingin mengatakan bahwa meskipun benar, aku bisa menerima konsekuensinya, dan aku tidak ingin kehilanganmu hanya karena alasan penyakit yang belum pasti.
Liene takut bahkan ucapannya pun akan menyakitkan bagi Black.
[Liene] "....Beri aku waktu sebentar."
Liene dengan hati-hati membelai catatan kerajaan yang diletakkan Black di atas pangkuannya agar mudah dibaca.
Mungkin ada catatan tentang penyakit keluarga kerajaan Gainers di dalamnya.
Aku harus mencari tahu lebih dalam tentang penyakit keturunan Gainers.
Belum terlambat untuk berbicara setelah melakukannya.
Aku akan memberi tahunya bahwa tidak semua raja yang jatuh sakit dan meninggal muda, dan selalu ada pengecualian.
Dan aku tahu pengecualian bisa jadi hanya kebohongan belaka. Jadi, pertama-tama, aku harus menggali lebih dalam.
[Liene] "Tentang apa yang harus kita lakukan pada Sir Weroz. Aku serahkan keputusan pembubaran Pengawal Istana kepadamu."
[Black] "Lakukan sesuai keinginanmu."
Black meninggalkan ciuman lembut di dahi Liene.
Saat Fermos, yang melihat Liene bersandar di bahu Black, hendak memberi salam, Nyonya Flambard datang mencari Liene.
[Ny. Flambard] "Putri."
Entah mengapa, wajah Nyonya Flambard terlihat muram.
[Ny. Flambard] "Ada sesuatu yang ingin saya katakan. Bisakah saya bicara empat mata dengan Anda?"
Black dengan senang hati meninggalkan ruangan. Liene, yang baru saja menyuruh Black keluar karena terlalu memanjakannya, tiba-tiba merasa hampa.
[Liene] "Duduklah, Nyonya. Wajahmu terlihat tidak baik."
Liene menawarkan tempat duduk di seberangnya.
Nyonya Flambard menggelengkan kepala.
[Ny. Flambard] "Saya lebih suka duduk di dekat Anda, Putri."
[Liene] "Ada apa, Nyonya?"
Nyonya Flambard mendekat ke sisi Liene, berlutut, dan dengan hati-hati memegang tangan Liene. Melihat perban tebal yang melilit tangannya, Nyonya Flambard tersenyum kecil.
[Ny. Flambard] "Saya belum pernah melihat Anda mengenakan perban untuk luka sekecil ini."
[Liene] "Ya... memang berlebihan."
Nyonya Flambard dengan lembut mengusap perbannya.
[Ny. Flambard] "Bagaimana bisa Anda menyebut kepedulian seseorang yang takut Anda akan celaka atau kesakitan sebagai berlebihan? Anda harus menerima perhatiannya sebanyak yang Anda bisa."
Namun, senyum kecil Nyonya Flambard terasa berat dan sedih. Liene tidak bisa berpura-pura tidak menyadarinya.
[Liene] "Ada apa?"
[Ny. Flambard] "...Saya baru saja menemui pria itu."
Pria yang Nyonya maksud pastilah Sir Weroz.
[Ny. Flambard] "Saya sangat marah... Saya sangat, sangat marah karenanya, bukan orang lain yang melakukan pengkhianatan ini, sehingga saya berniat menamparnya dengan tangan sendiri. Tapi..."
Liene merasa dia sudah tahu apa yang terjadi. Weroz pasti telah memberi tahu Nyonya Flambard tentang identitas Black dan penyakit turunan keluarga kerajaan Gainers.
[Liene] "Tidak seorang pun yang tahu, Nyonya. Siapa yang bisa tahu penyakit apa yang akan diderita seseorang? Semuanya pasti bohong. Sir Weroz hanya menerima berita yang salah."
[Ny. Flambard] "...Anda sudah tahu, ya."
[Liene] "Ya."
[Ny. Flambard] "Meskipun begitu... Anda tidak peduli?"
[Liene] "Itu bukan berita yang bisa dipercaya. Tidak ada bukti sama sekali."
[Ny. Flambard] "Anda pernah bertanya kepada saya tentang raja terakhir keluarga Gainers."
Liene juga mengingatnya. Nyonya Flambard mengatakan ada desas-desus bahwa raja terakhir Gainers dikutuk.
[Liene] "...Aku tidak percaya. Desas-desus tentang kutukan selalu kebohongan yang disebarkan Kleinfelter melalui kuil. Mereka juga pernah mengatakan kekeringan di Nauk adalah kutukan yang diturunkan pada keluarga Arsak."
Namun, terlalu banyak desas-desus. Liene, yang saat itu baru berusia empat atau lima tahun, mungkin tidak tahu apa-apa, tetapi ada banyak desas-desus tentang Raja Pembrovin, sang hantu.
Desas-desus bahwa dia jarang terlihat di dalam kastil, tetapi berkeliaran di mana-mana saat tengah malam, bahwa sang Raja yang telah kehilangan separuh jiwanya.
Tidak ada yang mencurigai adanya pemberontakan ketika dirinya meninggal mendadak di tempat berburu. Tidak akan aneh jika Raja Pembrovin meninggal kapan saja dan di mana saja.
[Ny. Flambard] "Bagaimana jika... kutukan itu memang nyata?"
JANGAN REPOST DI MANA PUN!!!


Komentar