top of page
All Posts


A Barbaric Proposal Chapter 11
[Lyndon] “Anda datang sendiri untuk menyampaikan berita duka… Hmm.”
Ekspresi Lyndon Kleinfelter jelas jauh dari kesan menyambut. Namun, tidak ada pula tanda-tanda duka atas kematian keponakannya. Ia tahu… Laffit sebenarnya tidak meninggal.
“Ya,” jawab Liene, berhadapan dengan Ketua Dewan Aristokrat, Lyndon Kleinfelter, yang ‘pantat berat’-nya bahkan tidak beranjak dari tempat meskipun Liene telah beberapa kali meminta audiensi di istana.
Sejak keuangan Nauk mengalami defi
19 Mei


A Barbaric Proposal Chapter 10
Ketika bibir mereka akhirnya berpisah, Liene terengah-engah mencari udara. Bibirnya terasa perih dan bengkak. Bibir pria itu basah dan berkilauan, begitu pula bibirnya.
“Aku tidak mengharapkan ini,” gumam Black, hanya menyisakan jarak yang cukup bagi bibir mereka untuk berbicara.
[Black] “Tapi… tidak masalah. Termasuk gaun ini."
Lengan yang katanya terluka melingkar erat di pinggang Liene. Liene merasakan bahaya yang memabukkan sekaligus rasa aman yang sekokoh batu.
19 Mei


A Barbaric Proposal Chapter 9
[Liene] “…Apa?”
Mata Black jernih karena demam telah mereda menelusuri pupilnya dan area bawah tubuhnya. Mengikuti pandangan Black, Liene tanpa sadar menundukkan kepala, dan bibirnya terasa hangat.
Apakah karena pakaiannya kedodoran?
Ia tahu pakaiannya tidak terlalu pas di badan. Tapi ia pikir seharusnya tidak sampai membuat orang terang-terangan menunjukkan ketidaknyamanan seperti ini.
…Dia tidak terlihat seperti orang yang peduli dengan pakaian orang lain.
19 Mei


A Barbaric Proposal Chapter 8
Jalan keluar dari kapel sunyi, sama seperti saat Liene masuk. Sepertinya dia tidak akan berpapasan dengan tim pencari Tiwakan. Sungguh melegakan.
Liene menarik napas panjang setelah agak jauh dari kapel. Bulan bersinar redup malam ini. Ini pertama kalinya dia merasa bersyukur karena langit tidak begitu terang.
"Kita harus bergegas," ucap Liene, tiba-tiba menghentikan langkah dan menarik sedikit pakaian Weroz.
Weroz menoleh. "Apa maksud Yang Mulia?"
19 Mei


A Barbaric Proposal Chapter 7
[Liene] "Itu..."
Sungguh perkataan yang sangat aneh.
Direbut? Siapa, dari siapa? Kau sendirilah yang merebutku dari kekasihku.
Black berbicara seolah-olah Liene memang sudah menjadi miliknya sejak awal.
[Liene] "Mengapa kau mengatakan kalau aku akan direbut?"
[Black] "Dan sekarang aku merasa senang karena aku tidak kehilangan dirimu."
[Liene] "Lord Tiwa..."
[Black] "Jika kau menikah dengan pria lain, semuanya akan semakin berantakan. ...Aku akan lebih sulit untuk me
19 Mei


A Barbaric Proposal Chapter 6
Ketika Liene kembali dengan gunting di tangannya, Fermos—tangan kanan Black—tiba lebih cepat dari tabib kerajaan, dan telah menyelesaikan semua tindakan yang diperlukan.
Weroz, yang datang bersama Fermos, menyadari bahwa dirinya tidak dapat membantu, dan hanya bisa berdiri dengan wajah canggung bersama Nyonya Flambard, bagaikan hiasan dinding yang bisu.
[Fermos] "Anda terkena panah?" Fermos bertanya sambil membalut bahu Black dengan kain.
Pertanyaan itu terasa aneh
19 Mei


A Barbaric Proposal Chapter 5
Pertemuan telah usai. Seperti yang dikatakan, Fermos pergi bersama Weroz untuk mendiskusikan pergerakan dan penempatan ulang pasukan. Mashilow, harus menyelesaikan perjanjian pernikahan sebelum Tiwakan seenaknya menginvasi kastil, juga buru-buru meninggalkan ruang audiensi.
Keheningan yang mencekam, bagai zirah yang menindih, meliputi ruangan yang kini hanya menyisakan mereka berdua. Meskipun ada meja besar di antara Lord Tiwakan dan dirinya, yang cukup untuk diduduki tiga
19 Mei


A Barbaric Proposal Chapter 4
"......Apa?" Nyonya Flambard begitu terkejut hingga melepaskan tali yang sedang ditariknya. Rok dalam Liene terlepas dengan gemerisik, jatuh ke lantai.
[Liene] "Berapa lama sampai tanda kehamilan biasanya mulai terlihat?"
[Nyonya Flambard] "I-itu… maksud saya…"
Tiba-tiba pasukan penjaga berlari dan menggedor pintu. Brak! Brak!
[Penjaga] "Memberi tahu Yang Mulia. Lord Tiwakan telah tiba di depan gerbang kastil. Tuan Weroz menunggu izin untuk membuka gerbang."
Raut wajah
19 Mei


A Barbaric Proposal Chapter 3
Awalnya, Fermos mengira telinganya salah dengar.
[Fermos] “Ah, kalau begitu, anak itu…… tunggu sebentar. Apa? Apa yang Tuan inginkan?”
[Black] “Putri Kerajaan Nauk.”
Fermos mengangkat kacamata monokelnya.
[Fermos] “Paduka menginginkan seorang wanita? Wanita yang belum pernah Paduka lihat sebelumnya? Apa alasannya?”
[Black] “……”
Black memilih keheningan sebagai jawaban. Memang, dia hampir tidak pernah banyak bicara. Dia tidak memiliki nama, tidak memiliki asal. Tidak ada
19 Mei


A Barbaric Proposal Chapter 2
Satu sisi pipi pria itu berwarna merah kehitaman. Di nodai oleh darah yang belum sempat mengering sepenuhnya.
[Black] “Ada urusan mendesak yang mendadak muncul, membuatku sedikit terlambat. Silakan, duduk.”
Pria itu mengulurkan tangan, menunjuk ke tempat yang dimaksud. ……
Tenangkan dirimu. Kau harus tetap tenang.
Meskipun jelas baru saja terjadi pertempuran sengit, Panglima Tiwakan tetap hadir di tempat yang dijanjikan. Tampaknya pertempuan itu bukan masalah besar bagin
19 Mei
bottom of page