top of page
All Posts


Bastian Chapter 48
~ Rabu, Saat Suaminya Pulang ~ Thomas Muller menghela napas berat saat mendekati sang tuan muda. "Sudah waktunya kau istirahat, teman. Kau sudah mengurung diri di sini sepanjang akhir pekan, jadi pulanglah dan beristirahat yang layak." Bastian melangkah masuk ke kantornya sambil tersenyum. Seragam Angkatan Lautnya masih rapi, seolah baru saja memulai hari. Meski beban kerja yang berat sejak Senin, ia memancarkan energi tak biasa, langkahnya yang cepat menyembunyikan kelelahan
12 Agu


Bastian Chapter 47
~ Biarkan Saja Berlalu ~ Odette sedang asyik membaca buku di dekat air mancur, tampak tenang dan tidak menyadari bahwa janjinya telah dibatalkan. Bastian menghela napas saat palang penghalang terangkat, dan mobil merayap mendekat ke air mancur, melewati para perwira yang berdiri siap. Jalan di depan Admiralty bercabang menjadi tiga yang mengelilingi air mancur. Untuk mencapai jalan barat yang mengarah ke Istana Kekaisaran, mereka harus memutarinya. Bastian berharap mobil teru
12 Agu


Bastian Chapter 46
~ Penantian Panjang ~ Di awal Preve Avenue, berdiri Departemen Angkatan Laut, sebuah bangunan megah di pusat kota. Bangunan itu diapit oleh Sungai Prater yang luar biasa dan kantor-kantor pemerintah yang mengesankan. Odette menatap bangunan megah itu, mengagumi puncak menara emasnya yang menjulang ke langit, dihiasi dengan lambang trisula yang melambangkan kekuatan dewa laut yang mengagumkan. Meskipun telah melewati tempat itu berkali-kali, baru hari itu matanya benar-benar t
12 Agu


Bastian Chapter 45
~ Aristokrat Sempurna ~ Odette dengan tenang menceritakan pengalamannya tinggal di Ardene. Ia mengungkapkan rencana untuk membangun paviliun serta membeli perabotan dan lukisan baru. Ia juga menyebutkan kebutuhan mendesak untuk membalas undangan yang belum terjawab. Namun, Bastian baru benar-benar memahami visi Odette saat mendengar wanita itu membahas jenis flora dan fauna spesifik yang akan ditanam di taman paviliun. "Nyonya tadi menghubungi saya," kata Lovis. Lovis belaka
11 Agu


Bastian Chapter 44
~ Bagai Bunga Hanyut di Arus ~ Saat menuruni jalan setapak menuju lembah, mata Bastian tak sengaja menangkap pemandangan yang memikat. Seorang wanita cantik berdiri di dalam air sungai yang beriak setinggi lutut, mengalihkan perhatiannya dari tujuan semula. Ia bertanya-tanya apa yang sedang wanita itu lakukan di sana, tanpa menyadari sekelilingnya. Ternyata wanita itu adalah Odette, sosok misterius yang tak lama lagi akan memenuhi setiap pikiran dan imajinasinya. Seperti kek
11 Agu


Bastian Chapter 43
~ Belenggu Perjanjian Palsu ~ Para pengunjung memisahkan diri menjadi dua kelompok saat mendekati pintu masuk hutan. Para wanita dan anak-anak berjalan menyusuri lembah untuk berpiknik, sementara para pria, dipimpin oleh Laksamana Demel, berangkat memancing ikan trout. "Hati-hati dan perhatikan langkahmu. Jangan sampai kita membawa tamu ke medan berbahaya," pesan Marquis Demel sebelum ia memasuki hutan birch yang menawan bersama rombongannya. Bastian dan Odette, yang berdiri
11 Agu


Bastian Chapter 42
~ Pemenang Licik dan Kejam ~ Sebuah melodi alam beresonansi di udara saat pepohonan berdesir dan bergoyang mengikuti irama angin. Mata Odette berkedip, dadanya naik turun dengan cepat saat ia terbangun dari mimpi buruk yang mengerikan. Ia tidak menyadari di mana ia berada sampai rasa kantuknya mereda sejenak. Odette menghela napas pelan, pengakuan diam-diam atas tidurnya yang tak sengaja. Ia mengalihkan pandangan ke ranjang di sisi lain ruangan yang gelap. Di sana, ia meliha
11 Agu


Bastian Chapter 41
~ Muncul Bak Bidadari ~ Suara bising dan sorak-sorai pesta mulai pudar saat Odette menaiki tangga menuju lantai tiga, di mana kamar tamu berada. Seorang pelayan mengantarnya ke kamar di ujung timur. Meski gelap, Odette tahu bahwa di siang hari, kamar tidur itu pasti menyuguhkan panorama menakjubkan dari danau yang tenang dan hutan lebat di lereng bukit. "Aku bisa mengurus diri sendiri," ucapnya berterima kasih kepada pelayan yang sudah membantunya berganti pakaian. Setelah p
11 Agu


Bastian Chapter 40
~ Kali Ini, Mari Berusaha Untuk Menang ~ Odette melongokkan kepalanya ke luar jendela dengan gugup saat kendaraan itu semakin menuruni pegunungan. Meskipun langit cerah, hutan pinus yang lebat di sekitar mereka menciptakan suasana yang terasa mencekam. Sangat kontras dengan panas terik yang mereka tinggalkan di kaki gunung, angin sejuk berdesir di antara pepohonan tinggi yang seolah menusuk langit, menghadirkan nuansa yang aneh. Keheningan hutan yang lebat menyelimuti mereka,
10 Agu


Bastian Chapter 39
~ Di Balik Ribuan Tabir ~ Kopi yang tak tersentuh tergeletak di meja, uapnya naik perlahan hingga gelembungnya hilang dan cairan itu mendingin. Sementara itu, sepotong kue di depannya meleleh, lapisan cokelatnya menjadi berantakan karena panas. Pemandangan kue yang perlahan hancur dan kopi yang tak tersentuh menimbulkan rasa tidak nyaman dalam dirinya, seolah ia melihat dunianya berantakan dalam gerakan lambat. Bastian mengamati meja, lalu membanting cangkir tehnya dengan bu
10 Agu
bottom of page