A Barbaric Proposal Chapter 46
- Crystal Zee

- 2 Jun
- 9 menit membaca
Diperbarui: 18 Okt
Situasi Berbahaya (2)
Ada suasana aneh di kamar tidur. Saat Liene ditinggalkan sendirian bersama Black, ia merasa seolah tercekik setiap kali bernapas.
[Liene] "...Terima kasih atas perhatianmu. Aku yakin kau punya urusan yang perlu diselesaikan, aku akan baik-baik saja sendirian di sini."
[Black] "Jika kau di posisiku, bisakah kau pergi begitu saja, Putri?"
[Liene] "..."
Black menganggap ekspresi tenang Liene sebagai jawaban.
[Black] "Berbaringlah. Aku akan menjagamu dari samping tempat tidur."
Setelah mengatakannya, Black pergi ke perapian dan menarik kursi, lalu menyeretnya ke sisi ranjang dan duduk.
Liene duduk di ranjang, mengutak-atik ujung selimut tanpa tujuan.
Sejujurnya, Liene mungkin bisa berdebat lebih banyak, bahkan jika akan menimbulkan kecurigaan darinya.
Ia bisa saja berkata, Aku punya banyak pekerjaan yang harus kulakukan, jadi aku tidak punya waktu untuk mengkhawatirkan anak dalam kandunganku sekarang.
Black bukan orang yang berhak menghentikannya. Atau apakah normal memantau orang lain di bawah ilusi yang mengkhawatirkan mereka?
Meskipun begitu, ia bisa saja berargumen bahwa dialah penguasa tempat ini, dengan mahkota yang kini bertakhta di kepalanya dan bukan di kepala orang lain. Black mungkin tunangannya, tapi Liene berhak atas dirinya sendiri.
Tapi ia tidak bisa memaksakan diri untuk mengucapkan semua itu.
Karena kekhawatiran Black terasa sangat nyata dan tulus.
Pria itu... sama sekali tidak meragukannya.
Saat dihadapkan dengan seprai wanita yang berlumuran darah, siapa pun akan otomatis curiga bahwa itu hanyalah deman bulanan.
Tapi Black benar-benar percaya kalau darah itu menandakan adanya masalah dengan bayinya.
Dan sikapnya membuat Liene sangat bingung.
Bagaimana Black bisa melakukannya? Sedangkan Liene tidak bisa menghentikan keraguan tiada henti yang mengganggunya setiap saat, bahkan untuk hal-hal terkecil.
Jadi bagaimana mungkin Black bisa begitu mudah percaya padanya?
Melihat ekspresi Liene yang semakin gelap setiap menitnya, Black tiba-tiba mengajukan pertanyaan.
[Black] "....Apa sulit membicarakan anakmu denganku?"
[Liene] "...Apa?"
[Black] "Apa kau khawatir aku akan teringat dengan ayah anak itu jika kau membicarakannya? Sampai-sampai tidak memberitahuku kalau dirimu sakit?"
[Liene] "Aku... aku tidak tahu."
[Black] "Jika begitu, tidak perlu khawatir. Anak itu adalah anakku."
[Liene] "..."
Saat Black mengatakannya, rasanya terlalu mencurigakan.
Mengapa ia berpikir demikian? Jika posisi mereka terbalik dan ia memiliki anak, Liene tidak yakin ia bisa menerimanya dengan mudah.
[Liene] "Tapi kita berdua tahu itu tidak benar. Kau tidak bisa melakukannya."
Jawabannya lugas dan tidak bertele-tele.
[Liene] "Sungguh... kau tidak bisa. Karena kau hanyalah manusia biasa yang tidak akan bisa semudah itu menerima kenyataan ini."
[Black] "Aku sudah memutuskan untuk melakukannya. Dan aku sedang berusaha."
[Liene] "Tapi apa kau bisa melakukannya hanya dengan berusaha?"
Dan bukan hanya itu.
Black berkata keluarganya sudah mati. Apa semudah itu melupakannya hanya karena waktu lama telah berlalu?
Black tidak melupakan mereka bertunangan saat masih mereka masih belia meskipun sudah sangat lama dan bahkan tidak bisa Liene ingat, jadi bagaimana ia bisa melupakan kematian keluarganya?
[Liene] "Tidak ada orang yang murah hati seperti itu... Aku hampir tidak bisa memercayainya."
[Black] "Aku tidak mengatakan aku melakukannya karena kemurahan hati."
[Liene] "Lalu apa?"
[Black] "Aku pikir ini mungkin cara terbaik untuk membuatmu menerimaku. Tanpa membenciku atau menyimpan dendam dalam prosesnya."
[Liene] "..."
[Black] "Apa yang harus kulakukan agar kau memercayaiku?"
Inilah mengapa ia kesulitan memercayai perkataan Black. Kata-katanya terdengar begitu indah, seolah diambil langsung dari novel. Tidak ada di dunia ini yang berjalan begitu mulus. Itulah hal yang diajarkan dunia pada Liene.
[Liene] "Apa artinya kau akan melakukan apa pun yang kuminta?"
[Black] "...Jika dapat membuatmu memercayaiku, Putri."
Pernyataan Black menunjukkan kepercayaan yang begitu buta, hingga sulit dipercaya ia baru saja mengatakannya. Ia adalah predator ulung—orang yang tidak pernah menurunkan kewaspadaannya.
Jadi mengapa ia bertindak begitu buta di sekitar Liene? Sungguh tidak masuk akal.
[Black] "Tapi sebagai gantinya, aku ingin kau menawarkan sesuatu padaku, Putri."
[Liene] "Sesuatu... dariku?"
[Black] "Buatlah janji, tekad—apa pun itu. Sesuatu yang membuat anak dalam kandunganmu pasti akan menjadi anakku."
[Liene] "..."
[Black] "Bisakah kau melakukannya?"
[Liene] "Buktikan dulu."
Akhirnya, Liene menurunkan ujung selimut dan menghadap Black.
[Liene] "Buktikan padaku kau akan melakukan apa pun."
[Black] "Apa yang kau inginkan?"
[Liene] "Aku dengar Fermos menahan pria tua yang mengemis di depan Kuil. Aku ingin bertemu dengannya."
Black langsung mengerutkan kening, tapi hanya sesaat sebelum ia menjawab.
[Black] "Pria tua itu tidak ada hubungannya dengan anakmu."
[Liene] "Tidak, tapi penting bagiku."
Sangat penting, sebenarnya.
[Liene] "Aku juga harus mendengarkan apa yang pendapat orang lain tentang pria yang ingin menjadi ayah dari anakku."
[Black] "..."
Saat itulah Black akhirnya menyadari mengapa Liene masih tidak memercayainya.
[Black] "Sepertinya hatimu kembali seperti semula sebelum aku mengumumkan kebenaran di balik lamaran ini, Putri. Kembali ke masa ketika identitas dan niatku dipertanyakan."
Liene tidak bisa menyangkalnya.
[Black] "Baiklah. Aku akan melakukan apa pun yang kau inginkan. Tapi..."
Bibir Black sedikit terbuka. Melihat gigi putihnya terasa seperti pisau menusuk hatinya.
[Black] "Kau tidak bisa mengingkari janjimu, Putri."
Dan kemudian Black terus-menerus menatap Liene, memaku dirinya di tempat sampai akhirnya Liene mengangguk.
Ia tidak bisa menghabiskan sepanjang hari di ranjang.
Tapi seperti yang dikatakan Black padanya, Liene harus tetap di kamar sampai obatnya tiba. Begitu ia mendapatkannya dari Nyonya Flambard, ia akan segera meminumnya dan menuju Kantor Raja.
Obatnya sangat pahit, ia merasa bayi mana pun di dalam dirinya akan lebih terkejut setelah meminum obat itu. Tetap saja, Fermos meyakinkannya kalau obatnya aman, setelah hati-hati memeriksa bahan-bahan yang digunakan saat dokter membuatnya.
[Liene] "Pasti ada sesuatu yang tersisa."
Yang Liene cari adalah catatan kerajaan dua puluh tahun lalu.
[Liene] "Dua puluh satu tahun yang lalu ayahku dinobatkan. Berarti apa yang terjadi pada keluarganya terjadi setelah ayahku menjadi raja."
Jika pertunangan masa kecil yang mereka diskusikan, mereka pasti keluarga terkenal.
Mata Liene melesat di halaman, melihat semua keluarga yang berpartisipasi dalam upacara penobatan.
[Liene] "Apa Nyonya mengatakan ia melihat huruf 'P'?"
Tapi tidak satu pun dari tiga belas keluarga yang diundang ke penobatan memiliki inisial P pada nama mereka. Setelah menghabiskan begitu banyak waktu mencari catatan kerajaan yang tebal dan berdebu, lengannya mulai terasa kebas.
[Liene] "Apa ia berbohong tentang pertunangan itu?"
Liene menggigit bibirnya saat ia menatap huruf-huruf yang tidak berubah, tidak peduli seberapa banyak ia melihatnya.
[Liene] "Tidak, bisa saja Nyonya Flambard salah lihat. Bisa jadi memang ada di salah satu dari nama-nama ini."
Liene dengan hati-hati memeriksa tiga belas keluarga.
Enam di antaranya adalah bangsawan Nauk dan yang bertanggung jawab atas Perjanjian Risebury. Tiga lainnya telah yang kehilangan status selama bertahun-tahun, dan empat terakhir telah meninggalkan Nauk selama dua puluh tahun terakhir.
[Liene] "Waktunya tidak masuk akal."
Juga tidak ada satu pun keluarga yang telah meninggalkan Nauk yang cocok dengan apa yang dikatakan Black.
Melihat huruf-huruf begitu lama dan menghirup semua debu, membuatnya pusing.
[Liene] "Mungkin ia hanya salah mengira waktunya."
Jika Black tidak berbohong, maka ia mungkin salah mengingat jumlah tahun. Ketika berbicara tentang periode waktu yang lama seperti dua puluh tahun, biasanya sulit untuk mengingat angka pastinya.
[Liene] "Bisa jadi lebih dari dua puluh tahun yang lalu."
Liene terus maju, memulai pencarian untuk catatan sebelum penobatan.
[Liene] "....Apa ini?"
Dan ia menemukan sesuatu yang aneh.
Tidak ada catatan yang tersisa untuk periode sebelum penobatan.
Lebih tepatnya, semua catatan dari periode dua puluh satu hingga dua puluh lima tahun lalu menghilang.
[Liene] "Apa yang terjadi?"
Meskipun mengejutkan, ia dapat dengan jelas melihat jejak-jejak seseorang telah memotong bagian catatan dengan pisau.
Sungguh mengerikan baginya bahwa seseorang telah menyentuh catatan kerajaan, dan mencurigakan karena ada seseorang yang mencoba menyembunyikan sesuatu darinya.
[Liene] "Tidak mungkin..."
Tapi pada titik ini, ia tidak punya pilihan selain meragukan.
[Liene] "Fermos...."
Meskipun tidak pernah memberinya akses, ia pernah bersembunyi di kantor raja. Dan Liene tidak tahu seberapa sering ia datang dan pergi sebelumnya.
[Liene] "Apa ia melakukannya atas perintah Lord Tiwakan?"
Di antara lima tahun catatan yang hilang, apa ada sesuatu tentang Black yang tertulis di dalamnya? Apa Black tahu Liene suatu hari akan mencari, jadi ia menyuruh catatan itu disingkirkan?
[Liene] "Kalau begitu... kurasa aku benar untuk merasa curiga."
Tangannya bergetar saat ia meletakkannya pada halaman yang hilang.
[Liene] "Ia terlalu mencurigakan."
Bruk—!
Liene berdiri, meninggalkan catatan itu.
Bahkan jika ia harus mencari catatan yang hilang, catatan itu tidak akan muncul dengan sendirinya.
[Liene] "Aku harus memeriksa kamarnya."
Jika Fermos yang bertanggung jawab, catatan itu akan mengalami salah satu dari dua nasib: disembunyikan atau dihancurkan. Yang bisa ia lakukan hanyalah bergantung pada keberuntungan untuk kali ini. Jika Liene beruntung, maka Fermos menyembunyikan catatan itu sebelum menyingkirkannya.
Liene bangkit, menuju suatu tempat.
Di seberang kamar Nyonya Flambard terdapat kamar yang pernah digunakan Liene saat kecil. Sekarang, Fermos menggunakan kamar itu sebagai kantornya sendiri.
Brak—!
Pintunya tidak terkunci. Bahkan jika terkunci, Liene siap mendobraknya jika perlu.
Ia tidak berniat menyembunyikan pencariannya. Catatan kerajaan dimiliki oleh keluarga kerajaan, yang tentu saja berarti orang yang tidak berwenang tidak boleh membawa atau merusaknya.
Jadi kali ini, ia berpikir untuk mendakwa Fermos dengan kasus kejahatan.
Ia tidak ingin menggunakan statusnya sebagai penguasa, tapi apa yang Fermos lakukan tidak terhormat dan merupakan penghinaan bagi keluarga kerajaan.
[Fermos] "Apa...? Putri? Ada apa kemari?"
Tapi ia tidak menyangka Fermos ada kamarnya saat ini.
Liene, yang hampir bingung dengan kehadirannya, segera menegakkan punggung.
[Liene] "Ada sesuatu yang ingin kutanyakan padamu."
[Fermos] "Bagaimana Anda tahu saya di sini?"
[Liene] "...Aku rasa itu tidak penting."
[Fermos] "Oh um... Anda benar, saya hanya terkejut. Bukankah seharusnya Anda berbaring, Putri? Tuanku tidak akan senang melihat Anda berjalan-jalan seperti ini."
[Liene] "Aku tidak akan bertele-tele."
Liene memotong basa-basi yang tidak berguna.
[Liene] "Apa yang kau lakukan dengan catatan kerajaan yang kau curi?"
[Fermos] "....Apa?"
Fermos membuka mata lebar-lebar, mendorong kacamata monokelnya lebih jauh ke atas wajah.
[Fermos] "Maaf, catatan kerajaan? Apa maksudnya?"
[Liene] "Aku tidak ingin bicara lebih banyak. Jika kau memilikinya, berikan padaku. Memang tidak akan menghapus semua kejahatanmu, tapi hukumanmu akan lebih ringan."
[Fermos] "Tidak, apa yang Anda bicarakan? Catatan kerajaan? Apa yang saya curi? Dan kapan?"
[Liene] "...Apa kau mencoba mengelak?"
[Fermos] "Ya ampun, tidak! Kenapa saya harus mencuri catatan kerajaan? Saya hanya perlu melihatnya sekali untuk menghafalnya semuanya."
Fermos melompat-lompat panik, dengan wajahnya yang menjerit betapa tidak adilnya ini. Tampaknya ia benar-benar tidak tahu apa-apa.

...Tidak, aku masih tidak bisa memastikan.
Ia tahu pria ini adalah orang yang sangat licik. Ada kemungkinan menjadi pembohong ulung hanyalah sebagian kecil dari kemampuannya.
[Liene] "Kau pasti tahu, pada akhirnya aku akan mencari catatan kerajaan."
[Fermos] "Hm? Apa ada bagian dari catatan itu yang belum Anda lihat, Putri?"
[Liene] "..."
Pertanyaan Fermos membuatnya terdiam.
[Fermos] "Saya tahu Anda punya alasan kuat untuk meragukan saya, tapi saya bersumpah demi Dewa Perang, saya tidak pernah mencuri catatan kerajaan."
Setelah melihat Liene menunjukkan ekspresi tidak percaya, Fermos mengangkat kedua tangannya dengan senyuman polos.
[Fermos] "Untuk mereka yang berada di Tiwakan, tahukah Anda siapa Dewa Perang itu?"
[Liene] "...Tidak."
[Fermos] "Dia adalah Lord Tiwakan."
[Liene] "Begitu. Jadi kenapa..."
[Fermos] "Bersumpah atas nama Dewa Perang berarti bersumpah atas nama Tuanku. Tidak ada satu pun orang di antara pasukan Tiwakan yang berani menyebut nama Tuanku dengan begitu ceroboh."
[Liene] "..."
Wajah Fermos dipenuhi kepercayaan diri dan kebanggaan sehingga sulit untuk tidak memercayainya.
Bahkan tentara bayaran yang menggunakan perang sebagai sarana mencari uang, membutuhkan kepercayaan. Tidak, mungkin justru karena mereka tentara bayaran makanya mereka membutuhkan kepercayaan.
Bagi mereka, menjalani hidup yang memaksa mereka menghadapi kematian demi uang, kepercayaan terhadap sesuatu dapat membuat mereka menjadi manusia.
Dan bagi Tiwakan, kepercayaan itu adalah Black.
[Liene] "...Jika kau berkata demikian, maka aku tidak akan memaksakan keraguanku padamu. Aku harap perkataanmu benar adanya. Demi nama Tuanmu, jika tidak ada yang lain."
[Fermos] "Saya lebih baik mati daripada mencoreng nama Tuanku. Orang seperti itu tidak pantas menyandang nama Tiwakan."
...Ya. Aku bisa mengerti sekarang.
Liene menelan napas.
Lalu siapa yang menyembunyikan catatan kerajaan?
[Fermos] "Apa Anda akan mencari pelakunya?"
Fermos bertanya, kekhawatiran terlihat jelas di wajahnya.
[Liene] "Ya."
[Fermos] "Kalau begitu saya akan membantu Anda. Setelah Anda memberi saya petunjuk tentang siapa yang membunuh Kardinal, saya jadi punya sedikit waktu untuk bersantai berkat Anda, Putri."
[Liene] "Kau akan melakukannya untukku?"
[Fermos] "Ya. Dengan satu syarat."
...Baik Tuan maupun ajudannya, keduanya selalu berusaha mendapatkan imbalan sebelum memberi. Memang tak terhindarkan, mengingat bagaimana mereka bekerja dengan sangat kompak.
[Liene] "Apa itu?"
[Fermos] "Kembali ke kamar Anda dan tolong berbaringlah. Tuan mengatakan Anda ingin bertemu pria tua yang tahu keberadaan pelayan itu, bukan? Saya sudah memberi perintah agar ia dibawa ke kastil, jadi saya akan mengirim pesan kepada Anda begitu ia tiba. Sampai saat itu, mohon beristirahatlah dengan baik."
Ia memang mencoba mendapatkan sesuatu, namun apa yang ia minta akan jauh lebih bermanfaat bagi Liene ketimbang dirinya."
[Liene] "Permintaanmu tidak terlalu sulit."
[Fermos] "Saya tidak mengatakan ini untuk Anda, Putri. Tapi untuk Tuanku. Jika Anda ingin saya membantu, maka Anda harus melakukannya. Jika sesuatu terjadi pada Anda... Ugh, saya bahkan tidak ingin membayangkannya. Akibatnya akan sangat fatal."
[Liene] "..."
Ucapan Fermos membuat Liene tersentuh. Cara Fermos membicarakannya seolah Black sangat peduli padanya. Namun, apa motifnya di balik semua itu?
[Liene] "Cukupkah hanya dengan mengatakan kalau aku akan mencoba?"
[Fermos] "Tidak, tidak cukup. Anda mutlak harus berbaring diam."
[Liene] "Kalau begitu berjanjilah padaku. Berjanjilah kau akan menemukan orang yang bertanggung jawab. Bersumpahlah demi Dewa Perang."
Masih ada kemungkinan Fermos bisa menciptakan pelaku palsu untuk menutupi perbuatan tuannya. Liene belum bisa mengesampingkan kemungkinan itu.
Fermos dengan sigap mengangkat tangannya, mengucapkan sumpah.
[Fermos] "Jika itu satu-satunya cara membuat Anda beristirahat, saya akan dengan senang hati melakukannya."
[Liene] "...Terima kasih."
Masih tidak bisa dipastikan. Mungkinkah orang yang memiliki motif tersembunyi bertindak seperti ini?
[Fermos] "Mohon segera kembali sekarang, Putri. Begitu Anda kembali ke kamar, saya akan mulai bekerja. Ngomong-ngomong, apa Anda sudah selesai meminum semua obatnya?"
Pada akhirnya, Liene diantar kembali ke kamar oleh Fermos. Fermos bahkan menempatkan seorang tentara bayaran di luar kamar untuk memantau kondisinya dengan seksama.


Komentar