A Barbaric Proposal Chapter 37
- Crystal Zee

- 26 Mei
- 8 menit membaca
Diperbarui: 18 Okt
※Lubang Perangkap (2)※
Ancaman Lyndon semakin berbahaya.
[Lyndon] "Kembalikan Laffit. Dialah satu-satunya alasan aku belum mematahkan lehermu. Gunakan tubuhmu untuk meyakinkan si barbar.”
[Liene] "Jangan membohongi diri sendiri. Sudah terlambat bagi keluarga Kleinfelter untuk melakukan apa pun sekarang. Sebaiknya kau menyerah dan terima saja siapa pemilik kedaulatan Nauk.”
[Lyndon] "Kau sepertinya memiliki kepercayaan yang aneh pada monster-monster itu, tapi kau harusnya menggunakan kepala kecilmu untuk berpikir. Apa kau benar-benar percaya dia datang jauh-jauh ke Nauk hanya untuk bisa berada di sisimu?"
[Liene] "...?"
Sama seperti Laffit, Lyndon berusaha mengatakan bahwa Black memiliki motif lain.
Apa yang mereka ketahui?
Ekspresi Liene berubah dingin.
[Liene] "Omong kosong apa lagi kali ini?"
[Lyndon] "Selama ini, tujuannya memasuki Nauk dengan dalih pernikahan, ialah untuk mengambil kepalamu... Memang begitu sifatnya—memanfaatkan semaksimal mungkin, lalu membuangnya begitu tidak berguna lagi. Hal sejelas itu tidak pernah terlintas dalam benakmu?”
[Liene] "Kau salah. Tidak ada yang kau katakan masuk akal sedikit pun. Mengatakan pemimpin Tiwakan melakukan semua ini hanya untuk mendapatkan Nauk sudah cukup membuat anjing tertawa. Jika dia mendambakan sebuah negara, dia bisa merebutnya dengan mudah dalam sehari jika dia mau?"
Lyndon menertawakannya, tawa yang aneh dan mengerikan.
[Lyndon] "Kau memiliki kemewahan untuk berpikir seperti itu karena kau tidak tahu apa-apa. Itulah mengapa mahkota Nauk tidak cocok untukmu.”
[Liene] "Apa yang kau bicarakan?"
Liene terus mendesak jawaban, namun Lyndon menarik diri. Seolah ia menyadari sudah bicara terlalu banyak.
[Lyndon] "Yah, mungkin dia akan sedikit bersenang-senang denganmu sebelum mengambil kepalamu. Tubuhmu pasti bernilai di mata hewan itu. Dia memang menghabiskan cukup banyak uang untukmu.”
[Liene] "Hentikan, dan katakan padaku apa yang tidak kuketahui... Ah!"
Liene berteriak saat Lyndon menguatkan cengkeraman di pergelangan tangannya, meremasnya kuat—hingga bisa mematahkannya kapan saja.
Saat Liene terdiam, Lyndon melontarkan komentar sinis lainnya.
[Lyndon] "Kecuali jika kau ingin dia melahap seluruh Nauk, kau tahu apa yang perlu kau lakukan. Bebaskan Laffit. Lalu bunuh si barbar.”
[Liene] "Apa...? Tidak akan..."
[Lyndon] "Tidak mustahil bagimu. Bawa dia ke ranjangmu. Dia akan lengah dan saat itulah kau mengambil kesempatan untuk menggorok lehernya. Lalu aku akan mengurus sisanya. Itulah satu-satunya cara untuk menyelamatkan Nauk dari monster-monster itu.”
[Liene] "Haha... ha... Mengapa aku harus..."
[Lyndon] "Kau masih tidak mengerti. Haruskah aku menunjukkan bukti bahwa dia ingin membunuhmu?”
[Liene] "....!"
Liene perlahan mendongak.
[Liene] "Ada... buktinya?"
Jika ada satu hal yang paling ingin Liene ketahui, itu adalah kebenaran tentang Black.
Apa yang diinginkan Black dari tanah sekecil dan semiskin itu? Apa benar dendam yang ia cari? Dan apa karena dendam padanya? Terhadap keluarga kerajaan?
Aku ingin tahu.
Bahkan jika keluarga Kleinfelter yang memberinya jawaban.
[Liene] "Apa... apa buktinya?" Liene ingin tahu lebih dari segalanya.
[Lyndon] "Kau ingin tahu? Kalau begitu bunuh dia.”
[Liene] "Kau tidak masuk akal. Tunjukkan buktinya, jika memang ada.”
Lyndon menyeringai dengan jijik.
[Lyndon] "Bahkan seperti ini, kau masih ingin bernegosiasi. Kau satu-satunya yang penasaran, jadi kau sama sekali tidak dalam posisi untuk membuat tuntutan."
[Liene] "Bukankah kau di sini untuk menyelamatkan keponakanmu? Yang berada di sini untuk bernegosiasi, itu adalah kau, jadi jangan coba-coba tawa-menawar denganku..."
[???] "Sebenarnya, aku sendiri cukup penasaran."
Sebuah suara tiba-tiba muncul dari lantai dan memenuhi udara.
Suaranya yang tidak cocok dengan siapa pun yang ada di sana.
[Fermos] "Apa yang niat Tuanku yang sebenarnya?"
Ternyata Fermos.
Suaranya berasal dari lantai karena di situlah ia berada—bersembunyi di bawah meja.

Namun, ia terlihat terlalu santai untuk seseorang yang bersembunyi. Lebih dari sekadar mencoba menyembunyikan diri, ia tampak lesu dan mengantuk. Seolah ia baru saja tidur siang di ruangan itu.
[Lyndon] "Dasar tikus licik!"
Lyndon Kleinfelter lebih terkejut dari siapa pun. Benar-benar melupakan kehormatannya sebagai bangsawan, ia berteriak dengan suara tinggi. Ia sangat terkejut, sampai-sampai ia berteriak dengan volume yang bahkan ia sendiri tidak tahu mungkin bisa dicapai.
[Fermos] "Saya tahu saya yang bersembunyi, tapi mengapa bisa menjadikan saya satu-satunya tikus di ruangan ini? Dan apa sebenarnya yang terjadi di sini?"
Liene menggigit bibirnya untuk menahan tawa.
Mengatakan situasinya lucu ialah pernyataan yang meremehkan.
Kantor Raja bukanlah sarang tikus, namun entah bagaimana orang-orang terus bermunculan dari tempat tak terduga.
Meskipun tidak ada yang terlalu berharga tersembunyi di sana, pun tidak ada yang layak dicuri, tempat itu tetaplah area di mana orang lain tidak bisa bebas keluar masuk tanpa izin Liene.
[Liene] "Tuan Fermos. Bolehkah aku bertanya apa yang Tuan lakukan di bawah mejaku? Aku rasa aku belum pernah memberikan izin kepadamu untuk berada di sini.”
[Fermos] "Mohon maaf yang sebesar-besarnya. Meskipun saya memiliki sepuluh mulut, saya tetap tidak akan punya apa-apa yang berguna untuk dikatakan. Saya akan menerima hukuman apa pun yang Anda anggap pantas.”
Permohonannya tampak tulus, namun bukan berarti ia melupakan masalah utamanya.
[Fermos] "Tapi saya minta Anda mengesampingkannya terlebih dulu. Mengatakan Tuanku berniat mengambil kepala Putri... Ugh, kalimat yang begitu kotor. Mulut saya terasa kotor hanya karena mengulanginya. Namun, saya penasaran mengapa Tuanku melakukan hal seperti itu. Bersediakah Anda menjelaskan kepada tikus kecil yang penasaran ini? Bukti apa yang Anda bicarakan?"
[Lyndon] "...Diam!"
Lyndon, yang matanya berputar-putar seperti orang gila, tiba-tiba berteriak dan menyerbu ke arah Fermos.
Tak peduli bagaimana ia menilai situasi, tidak ada cara lain untuk memperbaikinya. Lebih baik ia membunuh Fermos di sini dan sekarang, membungkam mulutnya untuk selamanya.
[Fermos] "Seperti yang Putri katakan, kau adalah pria yang bodoh dan tolol. Kau pasti sadar siapa yang kau serang.”
Namun, meskipun penampilan Fermos cerdas dan rapi, dengan monokel yang membuatnya tampak seperti seorang cendekiawan, ia tetaplah seorang pria yang juga menghabiskan sepuluh tahun panjang di medan perang.
Ia dengan cerdik mengelak dari Lyndon, membuat pria itu tersandung dan terhuyung-huyung karena kakinya yang diposisikan dengan sengaja.
Gedebuk, blar!
[Lyndon] "Aduh!"
Lyndon jatuh ke depan, membenturkan kepalanya ke tepi meja. Saat ia menyentuh lantai, Fermos menghampiri, dengan cepat menekan kakinya ke belakang leher Lyndon.
[Lyndon] "Aduh! Beraninya kau...! Minggir... sialan...!"
"Aku akan memberimu kesepakatan. Jelaskan sekarang, dan aku hanya akan menyampaikan setengah dari apa yang dikatakan di sini kepada Tuanku. Artinya, aku akan membuat segalanya terdengar jauh lebih baik saat aku memberitahunya. Aku berjanji, kesepakatan ini kesepakatan terbaik. Tuanku tidak sering marah, tapi ketika dia marah, ia sangat keji.
[Lyndon] "Apa...?! Bajingan, ugh!"
[Fermos] "Jadi katakan padaku. Apa niat Tuanku?"
[Lyndon] "I, itu sudah jelas... batuk! ...Mengapa lagi, batuk... untuk negara sekecil itu... batuk!"
Fermos memberi tekanan lebih kuat pada leher Lyndon.
[Fermos] "Hm, bukan itu yang kau katakan sebelumnya. Kau tidak begitu samar-samar tadi. Bukankah kau mengatakan kalau kau punya bukti?"
[Lyndon] "Jika kau pikir aku akan memberitahumu... Aduh!"
Krak.
Terdengar suara retakan menyakitkan dari bawah kaki Fermos.
[Mashilow] "Putri! Apa yang Anda lakukan? Anda harus menghentikannya!" Mashilow meraih lengan baju Liene. "Seorang tentara bayaran berani menyakiti anggota bangsawan Nauk seperti ini! Anda tidak bisa mengabaikan penghinaan ini.”
Setelah ia mengatakan itu, baik Liene maupun Fermos menunjukkan ekspresi yang dipenuhi rasa kesal.
[Fermos] "Dan kau— yang berdiri diam saat pergelangan tangan putri kerajaanmu dipelintir dan hampir patah. Bukankah itu penghinaan terbesar?"
[Mashilow] "I, itu..." Mashilow segera goyah saat kata-katanya menghilang.
[Fermos] "Kau ingin Putri menghentikanku? Pria baik-baik macam apa yang berpegangan pada lengan baju seorang putri seperti itu? Bukankah kau terlalu tua untuk bersembunyi di balik seseorang yang jauh lebih muda darimu? Apa Anda tidak punya rasa malu?"
[Mashilow] "Malu... beraninya kau berkata..."
Mashilow terkesiap saat wajahnya memerah.
Hanya dengan melihat wajahnya, jelas sekali apa masalahnya.
Beginilah cara rakyat Nauk hidup setelah urusan negara diserahkan kepada Liene. Keluarga Kleinfelter, sebagai Ketua Dewan Aristokrat pasti telah membuatnya menjadi seperti sekarang.
Fermos mendengar sekitar enam tahun yang lalu Liene pertama kali naik takhta. Pasti terjadi setelah Putri Liene menjalani upacara kedewasaan, jadi ia pasti masih muda. Pada usia itu, ia akan kesulitan membedakan antara sekadar memenuhi tanggung jawabnya atau mengorbankan semuanya untuk rakyat.
Karenanya, ia pasti dibuat percaya, bahwa tunduk pada keinginan Dewan Aristokrat adalah bagian dari tugas kedaulatannya.
[Fermos] "Cih. Jadi kau tetap diam?”
[Lyndon] "Ugh... Uhuk Uhuk!"
Lyndon berada dalam posisi di mana ia tidak bisa berbicara sama sekali, bahkan jika ia mau, lehernya benar-benar akan hancur.
[Fermos] "Baiklah. Jangan bilang aku tidak memperingatkanmu"
Fermos menarik kakinya dari leher Lyndon, meraih kerah pria itu dan menyeretnya pergi. Jelas sekali ia sedang berjalan keluar dari Kantor Raja.
Setelah ia melewati pintu, semuanya akan berakhir. Tidak akan ada lagi yang bisa disembunyikan dari kejadian hari ini.
[Mashilow] "Putri!"
Dengan nada panik dalam suaranya, Mashilow kembali memanggil Liene.
[Mashilow] "Anda tidak bisa membiarkan ini terjadi! Keluarga kerajaan tidak bisa menjadikan keluarga Kleinfelter sebagai musuh! Anda harus menghentikannya!"
[Fermos] "...Hah"
Fermos meluruskan punggungnya dan berhenti melangkah.
Ia tahu, selama ini, pasti seperti sekarang keadaannya. Ia berbalik dan bertanya pada Liene.
[Fermos] "Apa yang ingin Anda lakukan, Putri? Apa Anda ingin menghentikan saya?”
[Liene] "... "
Jelas Fermos tidak mengisyaratkan ia bersedia mengabaikan kehadiran Lyndon Kleinfelter. Ia hanya ingin melihat di pihak mana Liene berada.
Saat kejadian tadi, Lyndon telah memerintahkan Liene untuk membunuh Black.
Liene tidak langsung menjawab, namun Fermos perlu tahu kesimpulan seperti apa yang akan ia dapatkan.
[Liene] "...Tidak, aku tidak mau.”
Liene menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab.
[Liene] "Tidak ada gunanya mencoba menghentikanmu, pun aku tidak ingin melakukannya.”
Pada akhirnya, semuanya akan sama saja. Karena sekarang Fermos telah mengetahui kejadian ini, Liene tidak bisa menutupinya bahkan jika mencoba.
Dan setelah ia terus-menerus berbohong kepada Black untuk membantu menyelesaikan kesalahan Kleinfelter, Liene menjadi sangat kesal. Karena, apa pun yang ia lakukan, keluarga Kleinfelter tidak akan pernah berubah.
Selama Laffit dibiarkan hidup, ia akan terus melakukan upaya bodoh di masa depan, dan Lyndon akan terus menekan Liene untuk menutupinya.
Cepat atau lambat, semua ini memang harus berakhir.
Meskipun setiap keluarga dalam Dewan Aristokrat mencoba melawannya, ia harus menghadapinya cepat atau lambat. Dan kebetulan saatnya adalah sekarang.
[Fermos] "Terdengar bijak."
Fermos mengangguk, mengatakannya sambil tersenyum. Pemandangan yang aneh, karena senyumnya berdampingan dengan Mashilow dan Lyndon yang mulutnya ternganga karena terkejut.
[Fermos] "Kalau begitu, saya akan menyeret yang ini dan mengurungnya. Saya akan menantikan persidangan.”
Brak!
Setelah selesai berbicara, Fermos membuka pintu kantor yang tadinya tertutup rapat.
[Fermos] "Kau, yang di sana! Kemarilah dan bawa dia pergi. Oh, dan juga ada satu lagi di sini.”
Mashilow yang malang baru menyadari sedikit terlambat bahwa 'satu lagi' yang Fermos maksud adalah dirinya.
Tiwakan bekerja sangat cepat.
Mashilow dan Lyndon ditempatkan di penjara bawah tanah, bersama dengan para penjaga yang telah membiarkan mereka menyelinap masuk.
Kapten penjaga kastil sedikit bingung, namun Fermos tidak menyerah sedikit pun.
Sementara itu, waktu Liene seharusnya sarapan dengan Black sudah lewat.
[Liene] "...Tidak ada siapa-siapa di sini.”
Saat Liene tiba, ruang makan kosong.
Makanan telah disajikan namun karena tidak ada yang menyantapnya, makanan itu dibiarkan dingin—tak tersentuh di meja. Namun, Liene bisa tahu Black pernah berada di sana. Salah satu kursi telah terbalik.
Mungkin Black datang lebih awal dari yang mereka janjikan dan saat menunggu, ia menerima laporan tentang apa yang terjadi, lalu ia pergi.
Liene duduk di kursi di seberang tempat Black pernah duduk.
Ia tidak berharap Black akan kembali, meskipun demikian. Black pasti sibuk menangani akibat dari semua kejadian tadi. Namun, Liene tetap datang, ingin menepati janjinya sebaik mungkin.
[Liene] "Seharusnya aku mengganti pakaianku."
Liene mengambil serbet yang terlipat rapi dari meja dan membentangkan di pangkuannya, bergumam pada diri sendiri. Gaun lilacnya yang indah memiliki lengan yang menjuntai ke bawah, menyingkap pergelangan tangannya yang memar dan menghitam.
[Liene] "Tak nyaman dipandang.”
Menyentuh memarnya, Liene meringis pahit saat melihatnya.
Bukan hanya tak nyaman dipandang. Tapi juga sakit.
Dan sekarang mulai membengkak.
[Liene] "Kuharap memarnya tidak serius."
Liene mengambil garpu dan pisau, memotong burung pegar panggang terdekat. Ia merasakan sedikit nyeri setiap kali ia menggerakkan pergelangan tangannya, namun ia tetap bisa bergerak.
[Liene] "...Tidak apa-apa. Aku bisa melakukannya."
Masakannya luar biasa, namun sayangnya, ia tidak nafsu makan.
Tiwakan pasti memiliki juru masak yang sangat hebat. Sudah sangat lama sejak ia bisa melihat hidangan semewah ini di hadapannya.
...Tapi sekarang semuanya sia-sia.
Black, yang telah mengundangnya makan, pasti telah memberikan banyak perhatian pada hidangan ini.
Namun hal itu justru membuatnya semakin kecewa.
Andai saja kami bisa makan bersama.


Komentar