A Barbaric Proposal Chapter 110
- Crystal Zee

- 13 Okt
- 7 menit membaca
Diperbarui: 7 hari yang lalu
Peta Pertama
[Liene] "Begitu, ya..."
Liene tetap menggenggam erat tangan Black saat berbicara.
[Liene] "Seharusnya aku menanyakannya sejak dulu."
[Manau] "Saat itu, mulut saya tidak akan terbuka."
Manau mengatakan dia berniat mengubur masa lalu. Sama seperti Black yang tidak kembali dengan nama Fernand Gainers, tidak ada alasan bagi nama Gainers untuk dibangkitkan di Nauk. Manau berniat mengubur tragedi keluarga Kerajaan Gainers dan dosa keluarga Kleinfelter. Dia percaya itulah cara untuk melindungi Nauk.
[Manau] "Hal itu pun baru saya sadari terlambat. Bahwa tidak ada dosa yang benar-benar hilang."
Dosa yang tidak dihukum tidak akan pernah diketahui sebagai dosa. Ternan Kleinfelter kembali menodai Kuil Agung karena tidak pernah menyelesaikan kesalahannya di masa lalu. Manau baru menyadarinya setelah 21 tahun. Dia kini tahu bahwa sudah waktunya untuk membersihkan semua dosa.
[Manau] "Saya bermaksud mengembalikan Kuil ke tempat yang tidak tersentuh oleh kekuatan duniawi mana pun. Saya percaya Dewa membiarkan nyawa saya bertahan karena alasan itu."
[Liene] "Saya juga percaya."
Cerita panjang Manau tidak berakhir di sana.
[Manau] "Maka, pasti ada alasan mengapa kekuatan mengendalikan air yang dilindungi keluarga Kerajaan Gainers kini terputus jalurnya."
Satu mata Manau yang tersisa menatap Black dengan tatapan dalam dan tegas.
[Manau] "Kekuatan yang terlalu besar untuk dimiliki manusia. Dewa pasti mengambil kembali kekuatan itu. Saya mohon, kembalikan kekuatan itu kepada Dewa sebagaimana mestinya. Penyakit yang diwariskan pada keluarga Kerajaan Gainers dari generasi ke generasi bersama dengan kekuatan Dewa, pada akhirnya adalah kehendak Dewa untuk mengambil kembali kekuatan yang dicuri."
[Liene] "Itu tidak masuk akal."
Liene menggelengkan kepalanya.
[Liene] "Bagaimana bisa seorang Kardinal mengatakan hal seperti itu? Anda tahu berapa banyak orang yang meninggal dan pergi dari Nauk selama 20 tahun terakhir? Tanah tanpa air sama saja dengan tanah yang tidak bisa dihuni manusia. Dewa mengambilnya? Jadi, apakah Dewa ingin Nauk mati mengering begitu saja?"
[Manau] "Manusia tidak bisa menilai kehendak Dewa, Putri."
[Liene] "Saya tidak bisa menerima kehendak-Nya. Itu sama saja dengan mengatakan kita semua harus mati bersama-sama."
[Manau] "Jika kehendak Dewa, kita harus mengikutinya."
[Liene] "Dewa macam apa yang begitu kejam!"
Liene berteriak dengan suara yang menunjukkan kemarahan dan kebencian yang telah mengering bersama sungai selama 20 tahun terakhir. Suaranya menyakitkan telinga yang mendengar.
[Fermos] "Ya, Dewa seperti itu tidak ada."
Orang yang memberikan jawaban tegas, menggantikan Manau, ternyata Fermos.
[Fermos] "Jika Dia adalah Dewa, Dia akan menurunkan hujan, bukan membuat dan menyembunyikan sebuah alat. Yang membuat alat itu adalah keluarga Kerajaan Gainers. Dengan demikian, saya tahu persis penyakit apa yang disebut Kutukan Keluarga Kerajaan Gainers."
[Liene] "Apa katamu?"
Mata Liene terbuka sangat lebar. Black menggenggam tangan Liene dengan kuat. Tangan Black yang biasanya hangat, kini terasa sangat dingin karena ketegangan.
[Black] "Penyakit apa itu?"
Suara Black serak dan pecah-pecah.
[Fermos] "Itu mungkin penyakit jenius."
Nama penyakit yang baru pertama kali Liene dengar. Sir Weroz dan Manau juga sama.
[Fermos] "Penyakit yang muncul pada manusia yang terlalu pintar. Saya mengenal seseorang... Ah, tidak perlu disembunyikan. Paman saya menderita penyakit itu. Saya juga dengar Kakek saya meninggal lebih awal karena penyakit yang sama."
Sebagian besar keluarga Fermos sangat cerdas. Dia juga sangat pintar sejak kecil, tetapi tidak pernah bisa melampaui Pamannya. Sistem pengetahuan Pamannya sangat luas. Pamannya bebas menguasai bidang-bidang yang orang lain harus pelajari seumur hidup. Namun, pengetahuan yang terlalu luas juga mudah menjadi kacau. Pada satu titik, pikiran Pamannya menjadi kekacauan di mana segala sesuatu terjerat.
[Fermos] "Karena mereka melihat hal-hal yang tidak bisa dilihat orang lain, dan mendengar hal-hal yang tidak bisa didengar orang lain."
Fermos menyaksikan Pamannya sekarat sedikit demi sedikit setiap hari. Kematian Pamannya terasa getir, tetapi bisa dipahami. Wajar jika tubuh Paman tidak sanggup menanggung beban pikiran seseorang yang memendam dunia rumit di kepalanya.
[Liene] "Penyakit itu... tidak bisa disembuhkan?"
Liene bertanya dengan tergesa-gesa. Fermos tersenyum ke arah kedua orang yang memiliki ekspresi wajah sangat mirip.
[Fermos] "Saya juga tidak tahu. Namun, satu hal yang pasti: Tuanku tidak menderita penyakit jenius."
[Liene] "Kau bisa menjaminnya? Bisakah kami mempercayai perkataanmu?"
[Fermos] "Ya. Anda bisa memercayai saya. Penyakit jenius bukanlah penyakit yang muncul tiba-tiba, tapi penyakit yang ada sejak lahir dan gejalanya semakin parah seiring pertumbuhan. Jika Tuanku memiliki penyakit jenius, saya pasti sudah menyadarinya sejak lama. Dan jujur saja, bukankah saya lebih pintar dari pada Tuanku? Mustahil penyakit yang tidak saya miliki justru dimiliki olehnya."
Kalimat terakhirnya hanyalah lelucon yang dimaksudkan untuk menghibur Liene yang hampir menangis tersedu-sedu.
[Black] "Aku tidak ingin mendengar hal seperti itu di depan Putri."
Black menanggapi lelucon Fermos dengan sepantasnya.
[Liene] "Kau bicara apa! Bahkan jika Sir Fermos sepuluh kali lebih pintar darimu, kau seharusnya senang!"
Black memeluk Liene dengan lembut.
[Black] "Jangan menangis."
[Liene] "Hah? Aku tidak menangis."
[Black] "Jika Putri menerimaku, aku tidak masalah menjadi orang bodoh. Jadi, jangan menangis."
[Liene] "Aku bilang aku tidak menangis. Dan sungguh... menjadi orang bodoh jauh lebih baik. Itu jauh..."
Liene, yang tadi bilang tidak menangis, justru menangis tersedu-sedu. Black menepuk-nepuk punggungnya seolah sudah tahu dirinya akan menangis.
[Black] "Ya, aku juga berpikir begitu."
[Liene] "Jauh... jauh lebih baik. Sungguh, aku sangat senang..."
Sepertinya tidak ada orang lain yang menangis begitu keras sambil mengatakan dirinya senang.
[Black] "Aku juga senang."
Jadi, Black juga senang. Dia menyeka wajah Liene yang memerah karena menangis dengan lengan bajunya. Sir Weroz diam-diam memperhatikan mereka.
Ada alasan lain mengapa Fermos ingin bertemu Manau. Di Kuil Agung, terdapat peta tertua di Nauk.
Alih-alih marah karena Fermos mengatakan tidak ada kekuatan atau kutukan Dewa, Manau membawa mereka ke tempat peta disimpan, di ruang batu yang muncul ketika altar di Aula Agung digeser.
Itu bukanlah peta biasa, melainkan peta yang dikenal sebagai artefak suci Dewa. Alasannya karena peta itu menyimpan bentuk asli tanah yang diizinkan Dewa untuk Nauk.
[Manau] "Sebelum saya meletakkan artefak suci di depan mata manusia..."
Manau mulai berbicara di depan pintu masuk ruang batu yang tersembunyi di bawah altar.
[Manau] "Anda harus berjanji. Bahwa apa yang saya lakukan tidak bertentangan dengan Dewa."
Fermos mengangguk tanpa ragu sedikit pun.
[Fermos] "Akan terbukti bahwa kemakmuran dan kekeringan Nauk tidak ada hubungannya dengan kutukan Dewa. Namun, ada satu hal yang mengganggu saya, Tuanku. Apakah Anda benar-benar tidak masalah jika rahasia keluarga Kerajaan Gainers terungkap?"
Black juga tidak ragu.
[Black] "Rahasia yang seharusnya terungkap cepat atau lambat. Tidak masuk akal bahwa air dimonopoli oleh satu keluarga. Karena melakukannya, tikus-tikus seperti Kleinfelter pun berani berkeliaran."
[Fermos] "Hmm... Saya agak merasa sayang, tapi saya tidak bisa menyangkal ucapan Anda."
Selama rahasia itu dijaga, kekuasaan keluarga Kerajaan Gainers seharusnya tetap kuat. Namun, kenyataannya tidak demikian.
Tidak ada rahasia yang abadi, dan tidak ada kemakmuran yang abadi. Tidak ada Raja yang abadi. Oleh karena itu, satu-satunya hal yang harus mereka lakukan adalah memilih jalan terbaik di saat yang tidak abadi ini.
Liene menarik tangan Black dan menggenggamnya.
[Liene] "Aku percaya kau benar."
[Black] "Pihak yang kau anggap baik selalu menjadi jalan yang benar bagiku."
Black mencium dahinya seperti biasanya.
[Liene] "Astaga, sungguh..."
Liene menggumamkan sesuatu. Semua orang berpura-pura tidak mendengar kata-kata yang ia bisikkan:
Jangan katakan hal seperti itu di sembarang tempat.
[Manau] "Kalau begitu saya akan membuka pintunya."
KREEEK!
Manau membuka pintu ruang batu dengan susah payah menggunakan tangannya yang sakit. Tidak ada yang maju untuk membantu. Pintu itu harus dibuka oleh Kardinal seorang diri.
[Manau] "Silakan masuk."
Manau berjalan lebih dulu. Ruang batu itu tidak terlalu dalam tapi tingginya mengharuskan Black sedikit menundukkan kepala.
[Manau] "Ini peta pertama."
Manau membuka peti yang diletakkan di ruang batu dan mengeluarkan peta besar dari dalamnya. Peta yang disulam dengan benang pada kain, bukan ditulis di atas kertas, mengeluarkan suara gemerisik saat setiap lapisannya dibuka.
[Fermos] "Sungguh peta yang luar biasa."
Mata Fermos bersinar.
[Fermos] "Mereka membuat peta seperti ini di masa lalu. Kemakmuran yang dinikmati Nauk selama ini bukanlah kebetulan."
Semua orang menahan napas dan melihat peta yang terbentang di lantai ruang batu. Fermos bahkan berjongkok di lantai dan mendekatkan kepalanya.
[Manau] "Alat seperti apa yang dibuat oleh keluarga Kerajaan Gainers?
Manau bertanya.
[Fermos] "Di sini."
Fermos menjawab dengan menunjuk ke suatu titik yang tidak ada keterangan di peta.

[Liene] "Tidak ada apa-apa di sana."
[Fermos] "Bukankah ini Timur?"
[Liene] "Ah, benar. Itu Timur."
[Fermos] "Apakah ada pegunungan di sana? Mungkin, yang sangat tinggi."
Mereka yang telah tinggal di Nauk terkejut mendengarnya.
[Manau] "Anda tahu dari mana?"
[Manau] "Benar. Di sana ada Pegunungan Erendira yang disebut Tanah Dewa."
Fermos tersenyum kecil dan mengangguk.
[Fermos] "Saya pikir alatnya pasti ada di sana."
[Liene] "Apa?"
Ucapan Liene menjadi terburu-terburu karena kegembiraan.
[Liene] "Apakah alat itu ada di sana? Bukankah seharusnya ada di balik air terjun? Bagaimana bisa ada di Pegunungan Erendira yang terlalu terjal untuk dijelajahi manusia?"
[Fermos] "Benar."
Jawaban Fermos juga cepat. Dia juga tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya ketika hal yang selama ini hanya ia duga dalam benaknya, kini terbukti.
[Liene] "Lalu?"
[Fermos] "Seperti yang Anda ketahui, Nauk bukanlah tempat yang sering hujan. Tempat yang sering hujan mungkin adalah Pegunungan Erendira."
Pegunungan Erendira yang membelah bagian selatan benua dari Timur ke Barat sangatlah tinggi. Seberapa tinggi? Awan sering tersangkut di tengah gunung.
[Fermos] "Semua orang tahu bahwa awan membawa hujan. Jika awan tidak bisa melewati gunung, hujan juga tidak akan bisa."
[Liene] "Ah..."
[Fermos] "Maka pegunungan ini pasti menampung air yang sangat banyak. Jika kita mencari jalur yang menghubungkan pegunungan ini ke Nauk, seperti ini..."
Fermos menggerakkan jarinya yang tadi menunjuk ke luar peta, lalu mengarahkannya ke dalam peta.
[Fermos] "Jalurnya terhubung ke sembilan air terjun."
[Liene] "Ya ampun!"
Liene berteriak begitu keras hingga ruang batu bergetar. Manau dan Sir Weroz juga tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya. Hal yang paling didambakan oleh orang-orang yang lahir dan besar di Nauk adalah air.
[Manau] "Tuanku, apakah Anda tahu legenda Istana Aliham?"
[Black] "Aku tahu."
Liene juga samar-samar tahu. Legenda yang sama tuanya dengan peta Dewa.
[Manau] "Aliham adalah istana yang dibangun di puncak gunung. Karena daerah itu panas dan kering sepanjang tahun, istana harus dibangun di puncak gunung. Namun, ada masalah. Mereka kesulitan mengambil air yang sangat besar untuk istana setiap hari. Jadi, Raja Abbas, penguasa Istana Aliham, mempersembahkan kurban kepada Dewa, dan Dewa mengirim utusan. Utusan Dewa melakukan mukjizat dengan menarik air dari sungai di bawah gunung ke istana di puncak gunung, kemudian dia menghilang."
Itu bukanlah mukjizat tapi pada saat itu hanya bisa disebut mukjizat.
[Manau] "Legenda Istana Aliham lebih tua dari berdirinya Nauk. Saya merasa nama utusan Dewa tersebut mungkin adalah Gainers."
JANGAN REPOST DI MANA PUN!!!


Komentar