top of page


A Barbaric Proposal Chapter 25
Liene] "Apa?"
Ia ingin aku menunda pernikahan? Apa ia tahu apa yang dikatakannya? Bagaimana ia berpikir aku akan bisa menundanya?
[Kardinal] "Pernikahan tak diizinkan sampai Putri Nauk membebaskan diri dari dosa-dosanya. Jika Anda mengabaikan kehendak Tuhan, tak diragukan lagi tragedi besar akan terjadi."
[Liene] "Apa kau tahu apa yang kau minta dariku?"
Liene mengepalkan tangan dan menahan diri. Tindakannya tak luput dari perhatian Kardinal, tetapi ia tetap mendesak.
21 Mei


A Barbaric Proposal Chapter 24
Beruntung masih ada air di kamar mandi. Liene mengambil kain yang sudah dibasahi dan mulai membersihkan luka. Sumbu lilin memendek, nyala api nyaris padam beberapa kali saat berkedip. Namun, mata Liene sudah terbiasa dengan kegelapan, jadi ia bisa dengan mudah melihat benda-benda yang cukup dekat.
[Liene] "Pasti sakit."
Dan kini Liene bisa melihat lukanya bukan hal sepele. Tingkat keparahannya sulit disadari karena tangannya begitu besar, tetapi jika Liene mengalami luka ya
21 Mei


A Barbaric Proposal Chapter 23
Mashilow enggan menjawab pertanyaannya, memang sudah sewajarnya. Ada batas antara memberi nasihat sinis pada Liene dan terang-terangan mengungkap kekejaman Kleinfelter. Mashilow tidaklah sekurang ajar itu.
[Mashilow] "Membuat Anda membayar? Saya tidak bermaksud begitu."
[Liene] "Tidak? Apa hanya imajinasiku kalau kau mengatakan segalanya akan 'memburuk'?"
[Mashilow] "Saya hanya bermaksud mengatakan Lord Kleinfelter akan kecewa."
[Liene] "Kecewa sampai ingin melukai keluar
21 Mei


A Barbaric Proposal Chapter 22
Angin berembus kencang dan dari posisinya yang rapuh di ambang jendela, embusan itu terasa amat berbahaya baginya.
Namun, angin berbahaya itu membawa bisikan yang jauh lebih mengancam. Ia bisa mendengar suara Liene.
‘—Ayo kita ke ruangan lain dulu.’
Berdiri di sana, ia tak bisa melihat ke dalam ruangan, namun dapat mendengar suaranya, telinganya menajam.
‘—Ruangan… di sebelah sana.’
Sang putri tidak berbicara kepada pria mengerikan itu. Pesan itu ditujukan untuk Laffit.
21 Mei


A Barbaric Proposal Chapter 21
Saat Liene usai bersiap dan melangkah keluar, Black telah menunggu bersama kudanya, siap bertolak menuju pemakaman.
[Liene] "Ah…."
Melihatnya berdiri di sana, Liene terpaku.
Mungkin karena sengaja bersiap untuk menemaninya, Black mengenakan busana serba hitam. Tak hanya dia, para prajurit Tiwakan di belakangnya pun demikian. Setiap helai pakaiannya yang hitam pekat seolah menjelaskan mengapa desas-desus mengenai dirinya—bahwa ia telah diabaikan Dewa Kematian dan ditolak b
20 Mei


A Barbaric Proposal Chapter 20
[Black] “Tidak.”
Jawaban Black begitu cepat, Fermos sempat bingung sejenak.
[Fermos] “Lalu mengapa….?”
[Black] “Dia masih ada di hati Sang Putri.”
Mempertimbangkan segala yang terjadi hari itu, begitulah Black melihat situasinya.
Meskipun Liene tidak memanggilnya sendiri, mantan kekasih Liene tetap datang menemuinya. Dan Liene jelas panik berusaha menyembunyikan kehadiran pria itu dari Black.
Ia bahkan melakukan upaya yang sangat tidak biasa dengan mencoba merayu Black
19 Mei


A Barbaric Proposal Chapter 19
Apa dia tahu?
Apa Black sudah mengetahui semuanya dan sengaja bertanya demikian? Apa ia mencoba memancing Liene untuk mengakui segalanya sebelum ia sendiri menuju jendela dan membukanya?
Dengan pikiran berpacu di benaknya, Liene berjuang keras untuk tidak mengalihkan pandangan ke arah jendela, tempat Laffit bersembunyi. [Liene] “Ya, hanya itu.”
[Black] “Senang mendengarnya.”
Meskipun seolah tahu segalanya, Black menjawab singkat.
[Black] “Kalau begitu, mulailah mengukur
19 Mei


A Barbaric Proposal Chapter 18
Andai saja Liene butuh alasan, ia punya satu yang bisa digunakan. Sangat mudah untuk mengatakan kalau dirinya merasa tak enak badan karena kehamilan, sehingga tak dapat menghabiskan malam bersama pria itu. Namun, alasannya takkan bertahan lama.
Setelah mengucapkannya, Liene harus segera melahirkan anak begitu mereka menikah. Black akan menjadi ayah biologis sang bayi, tentu saja, tetapi setidaknya anak tersebut akan mewarisi nama keluarga Arsak, sesuai perjanjian mereka,
19 Mei


A Barbaric Proposal Chapter 17
Menyadari kebenaran bukanlah hal yang sulit. Tanda yang paling jelas adalah ketika bahunya terus terasa sakit. Setiap kali Liene bergerak, kepalanya secara alami akan mengikuti, meskipun tubuhnya tetap diam. Masalahnya, saat ia bergerak seperti itu, luka di bahunya terasa tertarik, namun ia tetap melakukannya tanpa berpikir panjang. Tindakannya tidak masuk akal, namun ia tak bisa menyangkal kebenaran yang kentara, betapapun membingungkan.
19 Mei


A Barbaric Proposal Chapter 16
Pertanyaannya sungguh licik, gerakan untuk mengorek perasaannya. Liene telah menanyakan pertanyaan yang sama berulang kali pada dirinya sendiri, dan setiap kali ia meyakinkan diri bahwa ia tidak menginginkan Black.
"Sekalipun kau bisa bergerak... apa yang kau rencanakan?" Tanya Liene, suaranya sedikit tercekat.
"Ada banyak hal yang bisa kulakukan," jawab Black dengan nada sugestif, tangannya masih menahan Liene agar tetap dekat.
19 Mei


A Barbaric Proposal Chapter 15
"Hmm... Lebih baik dari yang kuduga."
Begitulah komentar Nyonya Flambard, wanita terhormat yang setia pada Kerajaan Nauk, saat ia membuka peti kayu tua yang tertutup debu usang.
"Ya, aku juga berpikir begitu," jawab Liene, matanya tertuju pada peti.
Liene membawa Nyonya Flambard ke salah satu gudang penyimpanan kerajaan. Di antara barang-barang lama, ada sebuah peti berisi pakaian milik mendiang ayahnya, Raja sebelumnya. Liene telah menjual sebagian besar perhiasan dan
19 Mei


A Barbaric Proposal Chapter 14
Hatinya berdebar, merasakan gugup yang mendera.
Dalam dekapan Black, Liene duduk di atas kuda yang membawanya pergi. Kehangatan tubuh Black yang kokoh dan sensasi asing yang menjalari punggungnya membuat Liene merasakan ketidaknyamanan yang aneh, lebih tepatnya, kegugupan yang mendebarkan.
Prajurit yang mengikuti Black hanya segelintir, jauh lebih sedikit dibanding mereka yang tinggal di puri Kleinfelter. Hanya tiga prajurit bayaran yang mengiringi di belakang, membuat Lie
19 Mei


A Barbaric Proposal Chapter 13
Liene tidak bisa memercayainya.
[Liene] “Laffit!”
Mantan kekasihnya… mengucapkan kebohongan yang sama dengan pamannya, menatap mata Liene yang gemetar karena terkejut.
[Laffit] “Aku akan menjalani hidup ini. Selamanya akan bersyukur kepada Tuhan karena telah mendapatkan Tuan Putri yang cantik sebagai istri. Semoga Tuan Putri juga merasa bahagia dan menerimaku sebagai suami.”
[Liene] “Hubungan kita sudah berakhir! Tidak akan pernah bisa kembali! Kau tidak akan mengubah ap
19 Mei


A Barbaric Proposal Chapter 12
“Ada banyak desas-desus mengenai Tiwakan. Bukankah ada desas-desus bahwa pemimpin mereka… adalah seorang penyuka sesama jenis?” Liene berkata, berusaha setenang mungkin.
Penyuka sesama jenis… desas-desus yang tidak masuk akal. Liene ingat bagaimana Black menciumnya. Tidak ada yang akan mencium seseorang yang tidak diinginkan, bukan? Ketika Liene teringat ciuman yang ia berikan pada kekasihnya karena terpaksa, jawabannya menjadi semakin jelas. Itu hanya desas-desus. Pasti han
19 Mei


A Barbaric Proposal Chapter 11
[Lyndon] “Anda datang sendiri untuk menyampaikan berita duka… Hmm.”
Ekspresi Lyndon Kleinfelter jelas jauh dari kesan menyambut. Namun, tidak ada pula tanda-tanda duka atas kematian keponakannya. Ia tahu… Laffit sebenarnya tidak meninggal.
“Ya,” jawab Liene, berhadapan dengan Ketua Dewan Aristokrat, Lyndon Kleinfelter, yang ‘pantat berat’-nya bahkan tidak beranjak dari tempat meskipun Liene telah beberapa kali meminta audiensi di istana.
Sejak keuangan Nauk mengalami defi
19 Mei


A Barbaric Proposal Chapter 10
Ketika bibir mereka akhirnya berpisah, Liene terengah-engah mencari udara. Bibirnya terasa perih dan bengkak. Bibir pria itu basah dan berkilauan, begitu pula bibirnya.
“Aku tidak mengharapkan ini,” gumam Black, hanya menyisakan jarak yang cukup bagi bibir mereka untuk berbicara.
[Black] “Tapi… tidak masalah. Termasuk gaun ini."
Lengan yang katanya terluka melingkar erat di pinggang Liene. Liene merasakan bahaya yang memabukkan sekaligus rasa aman yang sekokoh batu.
19 Mei


A Barbaric Proposal Chapter 9
[Liene] “…Apa?”
Mata Black jernih karena demam telah mereda menelusuri pupilnya dan area bawah tubuhnya. Mengikuti pandangan Black, Liene tanpa sadar menundukkan kepala, dan bibirnya terasa hangat.
Apakah karena pakaiannya kedodoran?
Ia tahu pakaiannya tidak terlalu pas di badan. Tapi ia pikir seharusnya tidak sampai membuat orang terang-terangan menunjukkan ketidaknyamanan seperti ini.
…Dia tidak terlihat seperti orang yang peduli dengan pakaian orang lain.
19 Mei


A Barbaric Proposal Chapter 8
Jalan keluar dari kapel sunyi, sama seperti saat Liene masuk. Sepertinya dia tidak akan berpapasan dengan tim pencari Tiwakan. Sungguh melegakan.
Liene menarik napas panjang setelah agak jauh dari kapel. Bulan bersinar redup malam ini. Ini pertama kalinya dia merasa bersyukur karena langit tidak begitu terang.
"Kita harus bergegas," ucap Liene, tiba-tiba menghentikan langkah dan menarik sedikit pakaian Weroz.
Weroz menoleh. "Apa maksud Yang Mulia?"
19 Mei


A Barbaric Proposal Chapter 7
[Liene] "Itu..."
Sungguh perkataan yang sangat aneh.
Direbut? Siapa, dari siapa? Kau sendirilah yang merebutku dari kekasihku.
Black berbicara seolah-olah Liene memang sudah menjadi miliknya sejak awal.
[Liene] "Mengapa kau mengatakan kalau aku akan direbut?"
[Black] "Dan sekarang aku merasa senang karena aku tidak kehilangan dirimu."
[Liene] "Lord Tiwa..."
[Black] "Jika kau menikah dengan pria lain, semuanya akan semakin berantakan. ...Aku akan lebih sulit untuk me
19 Mei


A Barbaric Proposal Chapter 6
Ketika Liene kembali dengan gunting di tangannya, Fermos—tangan kanan Black—tiba lebih cepat dari tabib kerajaan, dan telah menyelesaikan semua tindakan yang diperlukan.
Weroz, yang datang bersama Fermos, menyadari bahwa dirinya tidak dapat membantu, dan hanya bisa berdiri dengan wajah canggung bersama Nyonya Flambard, bagaikan hiasan dinding yang bisu.
[Fermos] "Anda terkena panah?" Fermos bertanya sambil membalut bahu Black dengan kain.
Pertanyaan itu terasa aneh
19 Mei
bottom of page