top of page


A Barbaric Proposal Chapter 6
Ketika Liene kembali dengan gunting di tangannya, Fermos—tangan kanan Black—tiba lebih cepat dari tabib kerajaan, dan telah menyelesaikan semua tindakan yang diperlukan.
Weroz, yang datang bersama Fermos, menyadari bahwa dirinya tidak dapat membantu, dan hanya bisa berdiri dengan wajah canggung bersama Nyonya Flambard, bagaikan hiasan dinding yang bisu.
[Fermos] "Anda terkena panah?" Fermos bertanya sambil membalut bahu Black dengan kain.
Pertanyaan itu terasa aneh
19 Mei


A Barbaric Proposal Chapter 5
Pertemuan telah usai. Seperti yang dikatakan, Fermos pergi bersama Weroz untuk mendiskusikan pergerakan dan penempatan ulang pasukan. Mashilow, harus menyelesaikan perjanjian pernikahan sebelum Tiwakan seenaknya menginvasi kastil, juga buru-buru meninggalkan ruang audiensi.
Keheningan yang mencekam, bagai zirah yang menindih, meliputi ruangan yang kini hanya menyisakan mereka berdua. Meskipun ada meja besar di antara Lord Tiwakan dan dirinya, yang cukup untuk diduduki tiga
19 Mei


A Barbaric Proposal Chapter 4
"......Apa?" Nyonya Flambard begitu terkejut hingga melepaskan tali yang sedang ditariknya. Rok dalam Liene terlepas dengan gemerisik, jatuh ke lantai.
[Liene] "Berapa lama sampai tanda kehamilan biasanya mulai terlihat?"
[Nyonya Flambard] "I-itu… maksud saya…"
Tiba-tiba pasukan penjaga berlari dan menggedor pintu. Brak! Brak!
[Penjaga] "Memberi tahu Yang Mulia. Lord Tiwakan telah tiba di depan gerbang kastil. Tuan Weroz menunggu izin untuk membuka gerbang."
Raut wajah
19 Mei


A Barbaric Proposal Chapter 3
Awalnya, Fermos mengira telinganya salah dengar.
[Fermos] “Ah, kalau begitu, anak itu…… tunggu sebentar. Apa? Apa yang Tuan inginkan?”
[Black] “Putri Kerajaan Nauk.”
Fermos mengangkat kacamata monokelnya.
[Fermos] “Paduka menginginkan seorang wanita? Wanita yang belum pernah Paduka lihat sebelumnya? Apa alasannya?”
[Black] “……”
Black memilih keheningan sebagai jawaban. Memang, dia hampir tidak pernah banyak bicara. Dia tidak memiliki nama, tidak memiliki asal. Tidak ada
19 Mei


A Barbaric Proposal Chapter 2
Satu sisi pipi pria itu berwarna merah kehitaman. Di nodai oleh darah yang belum sempat mengering sepenuhnya.
[Black] “Ada urusan mendesak yang mendadak muncul, membuatku sedikit terlambat. Silakan, duduk.”
Pria itu mengulurkan tangan, menunjuk ke tempat yang dimaksud. ……
Tenangkan dirimu. Kau harus tetap tenang.
Meskipun jelas baru saja terjadi pertempuran sengit, Panglima Tiwakan tetap hadir di tempat yang dijanjikan. Tampaknya pertempuan itu bukan masalah besar bagin
19 Mei


A Barbaric Proposal Chapter 1
Surat di tangan Liene remuk. Surat yang kedua.
[Liene] "......"
Liene menatap tangannya yang memutih, kaku dan dingin, seolah bukan miliknya lagi.
Isi surat itu singkat.
-Aku sudah menunggu selama setengah bulan, mohon berikan jawaban.
Tidak banyak berbeda dari surat pertama.
-Kepada Tuan Putri di Kastil Nauk. Panglima Prajurit Bayaran Tiwakan ingin meminang dirimu. Aku akan menunggu jawaban.
Dan dengan dalih melamar, Pasukan Bayaran Tiwakan telah mengepung kastil se
16 Mei


A Barbaric Proposal
"Aku mengandung anak pria lain." Kebohongan yang terpaksa Liene ucapkan, demi menolak lamaran pemimpin prajurit bayaran paling bengis di seluruh benua. Namun, jawaban sang pria... "Lahirkan saja, tak peduli anak siapapun itu. Tapi sebagai balasannya, aku akan memilikimu, Putri." Liene tak bisa memahami makna di balik perkataannya. Apa gerangan yang sebenarnya diinginkan pria ini? Dari seorang putri kerajaan miskin yang sedang di ambang kehancuran.
16 Mei
bottom of page